Kamis, 09 Juli 2015

Flashback : Lulusan Gagal (Part 1)

Flashback : Lulusan Gagal (Pt 1)



Aku percaya semua orang yang sukses, banyak harta dan bahagia hari ini adalah mereka yang lulus dari kegagalan.

Aku posting tulisan ini tepat dihari aku gagal masuk ke Perguruan Tinggi negeri dipercobaan kedua. Mungkin banyak orang yang berkali-kali gagal lebih dari aku, bahkan rela menunggu bertahun-tahun hingga keinginannya tercapai. Tapi ku akui ternyata rasanya berat, bahkan untuk aku yang baru gagal dua kali. Belum gagal di puluhan bahkan ratusan percobaan seperti einstein, pemilik KFC dan masih banyak lagi mereka yang mengalami banyak kegagalan.

Hari ini aku mengerti, kesuksesan bukanlah milik semua orang. Kesulitan hari ini adalah titipan untuk masa depan, pesan agar kita selalu menghargai dan bersyukur saat kita ada diatas nanti. Aku memang terluka hari ini, rasanya seperti kesulitan untuk bangkit lagi. Dulu, saat pengumuman jalur undangan yang sangat-sangat aku harapkan ternyata gagal. Aku menangis selama dua hari, murung di tujuh hari kemudian. Tapi kali ini, bahkan aku tidak bisa menguraikan perasaan apa yang berkecamuk. Tapi aku berusaha berbaik sangka pada keputusan Tuhan. Pasti, pasti ada rencana terbaik yang disiapkan untukku.

Ah iya, aku mungkin sering sekali menceritakan ini pada beberapa teman dekatku. Sejarahku masuk SMA pun tidak mudah, karna itu sebenarnya dari awal aku menyadari bahwa kali ini pun tidak akan semudah itu.

Aku lulus dengan NEM tertinggi di SMPku, selain itu aku pun diberi penghargaan sebagai lulusan terbaik. Hampir semua orang optimis bahwa aku bisa menjadi lulusan yang dibanggakan oleh SMPku. Aku lulusan pertama yang mendapat dua penghargaan sekaligus, peraih nem tertinggi dan lulusan terbaik. Bahkan fotoku digunakan di baliho untuk promosi sekolah. Saat itu aku sangat berambisi masuk ke Sekolah negeri terbaik di kotaku, boleh disebutkan? SMAN 1 Depok hehe... atau MAN Insan Cendikia. Setelah belajar dan mengikuti ujian masuk, ternyata aku tidak lulus tes di Smansa dan IC. Saat itu aku merasa biasa saja, tapi ayahku beberapa tahun kemudian berkata bahwa saat itu aku jelas tidak baik2 saja. Murung dan terlihat kebingungan, sudah tidak ada semangat bersekolah dimana pun.

Saat itu aku berusaha mencari sekolah swasta, tapi terlalu mahal selain itu beberapa sekolah swasta pun sudah tutup. Sementara proses pendaftaran SMA negeri lewat jalur NEM baru saja akan dibuka. Saat itu aku bersikeras masuk ke SMAN 3 Depok, sangat sangat bersikeras. Tapi ibuku malah bersikeras mendaftarkanku di SMAN 5 Depok. Aku sangat marah, karna saat aku masih SMP diantara teman-temanku berpendapat bahwa SMAN 3 depok lebih baik dari SMAN 5 Depok. Aku berusaha mencari alasan apapun supaya tidak dimasukkan ke SMAN 5 Depok. Dari mulai berkata jalan masuk ke dalam jauh sampai berkata SMAN 5 Depok banyak anak bandelnya hahaha.

Tak disangka yang aku sangat tidak inginkan justru jadi jalan hidup bagiku. Aku masuk SMAN 5 Depok diurutan tengah dari semua pendaftar. Saat itu aku merasa lega tapi tidak bangga, ya biasa saja. Saat hari pertama pra- MOPD aku berjanji pada diriku sendiri untuk melakukan yang terbaik di sekolah ini. Untuk membuktikan pada SMA-SMA yang menolakku bahwa meskipun aku tidak masuk ke Sekolah mereka, tapi aku bisa menyaingi kualitas mereka. Ambisius? Yaa memang terdengar ambisius dan konyol. Bagaimana mungkin aku bisa menyaingi didikan sekolah yang telah berdiri puluhan tahun. Sekolah yang sangat berpengalaman mengorbitkan tokoh-tokoh. Aku hanya murid SMAN 5 Depok yang saat itu baru masuk usia ke 12 berharap melawan sekolah yang berpengalaman 30 tahun lebih. Tapi rasanya keputusanku melawan sudah mutlak, jika sekolah ini tidak bisa membuatku sekualitas dengan anak2 di sekolah favorit itu maka akulah yang akan membuat diriku sekualitas dengan mereka.

Selama MOPD aku mengikuti dengan baik seluruh acaranya, tapi tidak banyak yang tau. Jika anak2 lain punya waktu seharian untuk membuat atribut, tugas MOPD yang cukup banyak. Maka aku hanya punya waktu 4 jam untuk mempersiapkan semua. Karena sehari sebelum MOPD aku ada acara di Bandung yang harus dihadiri. Saat itu aku frustasi, belum mengistirahatkan badanku barang satu jam aku langsung berangkat MOPD dengan sarapan dan hafalan seadanya. Semoga Komisi Disiplin (Komdis) saat itu diberi hidayah supaya tidak menyemprot ku karna lupa sesuatu atau karna tidak sesuai dengan harapan mereka.

Banyak yang memandang MOPD adalah ajang senior memarahi junior, bully-ing tidak langsung kata mereka. Tapi aku memandang MOPD sebagai kesempatan untuk lebih dekat dengan kakak kelas dan teman-teman ku. Jika sedang kena omel oleh kakak kelas aku hanya diam dan mendengarkan, berharap omelan mereka segera berakhir. Aku memang bukan tipe orang yang suka melawan secara frontal, tapi jika aku sudah merasa omelan itu berlebihan tentu saja aku akan melawan.

Selama MOPD aku belajar banyak terutama dari Koordinator Kelas ku, Kak Gusti, kak Bahes, Kak Lintang dan kak Sella. Mereka berempat punya peran yang sangat penting bagiku. Mendengar cerita mereka selama bersekolah di Smanli, aku jadi punya harapan bahwa 3 tahun ke depan akan baik-baik saja.

Kelas 10-7
Hari itu adalah hari terakhir MOPD, saat tampil di pentas seni aku memutuskan untuk memberikan penampilan total haha. Saat itu korlasku, korlas manado. Tampil dengan kostum daster, sarung, kacamata hitam ditambah bedak tebal di wajah kami. Saat teman-temanku mengaplikasikan bedak ke wajah mereka dengan rapih. Aku putuskan mengaplikasikannya dengan sangat tebal dan berantakan, ternyata teman2 ku tertawa dan memintaku memakaikan mereka bedak. Saat menggunakan kacamata hitam, penampilanku semakin aneh haha. MC mempersilahkan korlas manapun yang berani tampil pertama, korlasku dengan percaya diri mengacungkan tangan dan memanggil2 MC untuk melihat kearah kami.

Saat tampil didepan semua teman baruku aku gugup pastinya, tapi ini baru ujian pertamaku. Aku tampil sebagai rapper hahaha dan sebagai dancer hahaha.... selama tiga tahun aku bersekolah, hampir semua temanku selalu ingat betapa gilanya aku hari itu. Bahkan beberapa diantara mereka ada juga yang menjadi haters ku haha, menurut mereka gayaku saat itu berlebihan apalagi saat itu aku sudah pakai kerudung juga.  Setelah tampil aku masih tertawa karna terbawa suasana, saat itu guru Bahasa sunda menghampiriku dan berkata “Wah hebat ya kamu gatau malu hahaha siapa namanya?” Saat itu aku senang sekali menjabat tangan guruku untuk pertama kalinya “Rana pak!”. Sejak saat itu Guru bahasa sundaku yang juga mengurusi bidang kesiswaan menjadi salah satu guru yang sangat dekat denganku. 

Oiya aku duduk di kelas 10-7 yang juga korlas manado yang dimodifikasi dengan penambahan beberapa anak dari korlas lain. Saat itu aku jadi calon ketua Kelas tapi berakhir diposisi pengurus kelas. Karna janjiku diawal masuk, aku memutuskan ikut sangat banyak banget ekskul haha.. Teater, Tari tradisional, ROHIS, Science Club, English Club, Five beats (Musik), Paduan Suara dan saat itu aku juga bergabung di OSIS sebagai pengurus bidang Berorganisasi Pendidikan Politik dan Kepemimpinan (BPPK).

Dari semua kegiatan di SMA, aku paling menimati OSIS, Teater, Rohis dan English club. Yang paling berkesan di kelas 10 adalah ekskul teater. Teater SMAN 5 Depok adalah Teater Embun, pernah bernama Teater Ambassador. Saat pertama kali bergabung teater Embun, Teater Embun belum memenangkan kejuaran antar sekolah. Tapi Teater embun rajin tampil di berbagai acara sekolah, termasuk koloborasi ekskul di pentas seni, perhelatan terbesar sepanjang tahun haha. 

***
a/n
View the next part please :)
Part 2 (http://theranamustika.blogspot.com/2015/07/flashback-lulusan-gagal-part-2.html)

2 komentar:

Life After Collage #1 : Rasanya kerja 6 tahun

Hai! lamaa juga gak nulis.  Aku lagi balik ke sawangan dan hujan super lebat, jadi gue neduh dulu di salah satu coffee shop yang mungkin 15 ...