![]() |
Poster "The End(?)" |
Selama produksi “The End(?)” tidak banyak yang tau saat itu aku sedang
jatuh cinta pada rekan main di Teater Embun. Aku tidak ada niat menceritakan
siapa dia karna aku masih ingin menjaga hubungan baik pertemanan kami hahaha
walaupun sekarang sudah lulus, kalau dia tau aku pernah suka dengan dia,
mungkin hubungan pertemanan kami tidak akan pernah sama lagi hahaha. Selama
produksi aku berusaha menghilangkan perasaan itu dan berusaha profesional
dengan semua adegan yang ada. Jika kalian sedang menyukai seseorang maka kontak
fisik biasa pun bisa membuat hati mu nggak karuan kan? Aku pun begitu, Tapi
dalam produksi saat itu aku tidak bisa tidak melihat matanya saat sedang
berdialog atau tidak melakukan adegan yang diberikan oleh sutradara produksi.
Tidak ada satu orang pun dari anggota teater yang tau tentang hal itu kecuali
seorang sahabat ku.
Di hari pertunjukkan kami Saat itu seluruh anggota teater sedang ada diatas
panggung, panggung sungguhan kami yang pertama dengan tata lampu dan tata
panggung. Aku duduk di bangku penonton bersama seorang sahabat perempuanku.
“Eh tau nggak?” Aku menatap sahabatku dengan ragu, karna aku sudah tidak
bisa menahan lagi perasaanku saat itu
“Kenapa ran?”
“Sebenernya kan, gue suka sama anak embun”
“Eaa siapa tuh”
“hmmm.. yang ituu” Aku menunjuk kearah orang yang aku sukai
“Wahaha gila...”
“Gilakan?” Aku tertawa dengannya untuk beberapa saat. Akhirnya aku
menceritakan semua yang aku simpan pada sahabatku tentang kenapa dan bagaimana
bisa aku suka pada laki2 itu. Ahh.. mungkin setelah bagian ini aku posting aku
akan menyesal ya? Hahaha.
Beberapa jam sebelum pertunjukkan, kami pun mulai di Make up. Karena make
upku tebal dan detail aku pun butuh waktu yang cukup lama. Waktu kami tampil
akan tiba beberapa menit lagi, seorang temanku tiba2 sakit dan pusing amat
hebat. Aku menemani dia sambil sesekali mengipasi wajahnya yang berkeringat, ia
pun meminum obat sakit kepala yang cukup ampuh dan beruntung saat itu dia bisa
ikut pertunjukkan.
Meskipun sudah latihan habis-habisan, pulang malam hampir setiap hari,
mengulang adegan mungkin hingga ratusan kali, menghafal dialog di kesempatan
apapun, tapi kemungkinan gagal sekecil apapun akan selalu ada. Beberapa menit
sebelum tampil aku gugup bukan main, ditambah kondisi suaraku yang
mengkhawatirkan.
Teater Embun beberapa hari sebelum pertunjukkan seringkali berlatih di
kampus UIN. Kami berangkat terkadang sepulang sekolah dan pulang jam 9 keatas.
Tidak ada waktu untuk bermain bersama teman2 kami yang lain. Jika benar2 penat
maka kami akan bermain dengan anggota teater lainnya yang juga sedang sama2
penat. Maka jangan heran jika kami sering berselisih pendapat. Aku fikir saat
itu perbedaan memang menyulitkan tapi kami masih 17 bahkan ada yang masih 16
tahun saat itu. Dari perbedaan kami belajar saling mengerti dan memberi ruang
untuk satu sama lain.
Kekeluargaan yang dijalin di Teater Embun pun sangat menyenangkan, kami
melewati semua hal bersama. Semua yang tidak pernah dilakukan ditahun sebelumnya
kami jalani, karena bersama2 maka hal itu tidaklah sukar.
Mengingat kesulitan yang kami hadapi bersama, dari mulai menentukan genre pertunjukkan, membuat
plot, menulis lirik lagu, memasukkan melody, membuat koreografi, menyiapkan
property, menyocokkan dan mencari kostum, hingga latihan bersama hingga larut
malam. Saat semua terasa sulit, kami akan bergantung pada memori2 itu. Karena
dalam sebuah pertunjukkan, menyerah bukan pilihan. Sampai akhir, seburuk apapun
itu kemungkinan yang akan terjadi pertunjukkan harus tetap berjalan.
Pertunjukkan akan segera dimulai, semua yang ada di belakang panggung mulai
terdiam, aku berkali2 menarik nafas mencoba menekan rasa gugup terutama karena
hari ini suaraku tidak dalam kondisi baik. Tapi aku merasa tenang karena
beberapa saat sebelum pertunjukkan seorang temanku berbaik hati membelikan
permen yang membuat tenggorokanku lega.
Saat aku masuk ke panggung pun tiba, aku mulai meresapi karakter Gaylord
saat cahaya Lighting yang sangat silau mulai memenuhi pandanganku. Saat
berlakon aku tidak melihat temanku sebagai dia di keseharian, aku melihat dia
adalah tokoh yang dia perankan.
"The End(?)" adalah sebuah pertunjukkan teater tentang dua negara
berseteru. Bangara dan Ublaganang, Gaylord adalah seorang pemimpin
bertangan besi yang angkuh, dia memimpin penjajahan Negara Ublaganang di Negara
Bangara. Kehidupan di Negara Bangara begitu sulit, rakyatnya sengsara dan
kelaparan. Bahkan seorang anak yang kelaparan dan mencuri roti ditembak mati
oleh tentara setempat. Itulah yang semakin membuat pemuda pemudi bangara merasa
bertanggung jawab untuk melepaskan negaranya dari kekejaman penjajahan. Sehina
apapun suatu negara, tidak ada negara yang tidak pantas merdeka. Dan tidak ada
negara maupun manusia yang pantas merenggut kemerdekaan bahkan nyawa manusia
lainnya atas nama kekuasaan.
Akhirnya Pemuda pemudi Bangara yaitu Diana dkk memutuskan untuk
memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Mereka berlatih militer di pedalaman
bersama teman2nya demi memperjuangkan kemerdekaan. Hingga tiba saat nya
konfrontasi dengan penjajah.
Saat itu Gaylord tengah berpidato di hari ulang tahun penjajahan Ublaganang
di Bangara. Tiba2 Diana dkk menyerang Gaylord yang saat itu didampingi oleh
tentara2 dan ajudan2nya. Gaylord murka, ia berkata pada Diana dkk bahwa mereka
akan merasakan akibatnya karena berani menentang penjajah. Saat itu terjadi
baku tembak yang amat hebat, kedua kubu saling menyerang tanpa berniat untuk
mundur. Menyadari posisi mereka sudah terpojok, Pemuda pemudi Bagara pun memutuskan
untuk mundur. Saat itulah, dua orang rekan Diana yaitu Isaac dan Aaron
menghilang.
Isaac yang ditemukan oleh tenaga medis Ublaganang mengalami nasib yang
lebih beruntung dari Aaron. Gadis yang bekerja untuk Ublaganang itu justru
menyelamatkan hidup Isaac. Tapi malang, saat Isaac dan gadis itu semakin dekat.
Tentara Ublaganang merangsek masuk ke tenda medis karena mendapat kabar bahwa
ada seorang tenaga medis yang menyelamatkan pemberontak, saat itulah gadis
berhati mulia yang menyelamatkan Isaac memintanya untuk kabur dari tenda. Saat
Isaac berlari dari tenda, Gadis itu ditembak mati.
Aaron bernasib buruk, ia ditangkap oleh tentara Ublaganang. Setelah
penangkapan, Aaron di interogari oleh Gaylord. Ia pun diancam akan dibunuh jika
tidak memberitahukan dimana keberadaan pemberontak lainnya. Merasa ketakutan,
Aaron pun memberitahukan lokasi persembunyian teman2 nya.
Ditempat lain Diana dkk panik mendapati Isaac dan Aaron tidak ada ditengah2
mereka. Saat sedang kebingungan Isaac masuk kedalam markas dengan berurai air
mata. Isaac semakin bernafsu untuk mengalahkan Gaylord dan tentaranya yang
tidak punya rasa kemanusiaan. Namun takdir berkata lain, sebelum mereka sempat
menyusun rencana tentara Ublaganang mendobrak masuk kedalam markas, mereka
memborgol dan menggiring Diana dkk secara paksa.
Diana dkk dimasukkan ke penjara yang sama dengan Aaron, Saat melihat Aaron
dan mendengarkan pengakuannya. Ernest salah seorang pejuang terbakar emosinya. Ia
menghajar Aaron yang telah dianggap melakukan pengkhianatan pada teman2
seperjuangannya demi menyelamatkan dirinya sendiri. Tapi tentu itu tidak
menyelesaikan masalah apapun, Ublaganang masih menjajah negara mereka dan
menyiksa rakyatnya dengan keserakahan.
Teman2 pejuang yang bersembunyi di pedalamanpun mendengar kabar
tertangkapnya pejuang2 Bangara. Mereka memutuskan untuk menyelamatkan Diana dkk dan
menyusun strategi menjatuhkan Gaylord. Mereka menyusup kedalam Istana dan
mencuri kunci penjara dari penjaga. Setelah mendapatkan kunci mereka segera
membebaskan para pejuang dari jeruji besi dan menceritakan rencana mereka.
Di ruangan lain dalam istana, Gaylord sedang mengadakan pertemuan dengan
para menterinya. Saat itulah Pejuang yang menyamar menjadi penjaga2 mulai
menunjukkan diri. Gaylord tidak punya pelindung lagi karena semua penjaga telah
dilumpuhkan. Ia tidak ingin terhina karena ditangkap oleh pejuang2 Bangara, Ia
pun melawan sebisa mungkin. Meskipun terpojok Gaylord masih bersikap angkuh,
hingga akhirnya ia pun ditembak oleh pejuang Bangara.
Pertunjukkan berjalan dengan lancar meski ku akui, aku melakukan beberapa
kesalahan. Seperti nada yang tidak sampai dan akhirnya aku turunkan, lupa dialog
hingga akhirnya aku harus berimprofisasi. Saat melihat kearah penonton yang ku
lihat hanya cahaya lighting panggung, jadi aku tidak begitu
memperhatikan penonton, aku hanya fokus pada tokoh Gaylord. Hanya yang palig aku ingat adalah adegan saat aku tertembak, saat latihan aku hanya tumbang dengan normal. Tapi saat pertunjukkan dengan refleks aku melakuakan gerakan seperti tertembak. Beberapa temanku tertawa dan terkejut karena mereka tidak menyanggka aku melakukan gerakan itu hahaha mungkin karena gerakan itu terlihat seperti popping ? ^^
Pertunjukkan berakhir, lampu di teater pun kembali dihidupkan.
Saat itu aku bisa melihat penonton yang ramai mulai turun kearah panggung, ibu
ku yang hari itu datang dari Depok ke Jakarta pun menghampiriku dan aku
merasa sangat senang. Pertunjukkannya berakhir dengan sukses dan meraih
berbagai pujian dari juri. Salah seorang juri bahkan berbicara padaku secara
pribadi dan memintaku untuk terus bermain teater. Kami pulang ke Depok lewat
tengah malam, dengan wajah masih bersisa make up dan kelelahan, aku pulang ke
Rumah dengan lega.
Berkat produksi “The end(?)” Aku mendapatkan nominasi pemeran
pembantu wanita terbaik. Tentu itu merupakan kehormatan yang luar biasa, karna
tidak semua pemeran pembantu wanita masuk dalam nominasi yang hanya
berjumlah 5 orang. Berarti dari seluruh SLTA Jabodetabek, aku termasuk 5
pemeran pembantu wanita terbaik versi juri. waw..
Meskipun tidak mendapatkan penghargaan sebagai pemeran pembantu wanita
terbaik, aku tetap senang saat menerima medali dan maju ke panggung. Buat
kalian yang berniat masuk ke SMAN 5 Depok, boleh banget ikut Teater Embun.
Bukan ikut karena coba2 yaa.. keberhasilan Teater embun hari ini adalah hasil
dari Teater Embun lulus dari kegagalan dan kesulitan yang dialami sebelumnya, bukan hasil
instan yang langsung didapat..
Teater Embun~ We Act We Play We Stay!! :D
Ditunggu Part 5 nya ya :) masih proses~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar