Minggu, 12 Juli 2015

Flashback : Lulusan Gagal (part 4)


Poster "The End(?)"

Selama produksi “The End(?)” tidak banyak yang tau saat itu aku sedang jatuh cinta pada rekan main di Teater Embun. Aku tidak ada niat menceritakan siapa dia karna aku masih ingin menjaga hubungan baik pertemanan kami hahaha walaupun sekarang sudah lulus, kalau dia tau aku pernah suka dengan dia, mungkin hubungan pertemanan kami tidak akan pernah sama lagi hahaha. Selama produksi aku berusaha menghilangkan perasaan itu dan berusaha profesional dengan semua adegan yang ada. Jika kalian sedang menyukai seseorang maka kontak fisik biasa pun bisa membuat hati mu nggak karuan kan? Aku pun begitu, Tapi dalam produksi saat itu aku tidak bisa tidak melihat matanya saat sedang berdialog atau tidak melakukan adegan yang diberikan oleh sutradara produksi. Tidak ada satu orang pun dari anggota teater yang tau tentang hal itu kecuali seorang sahabat ku.

Di hari pertunjukkan kami Saat itu seluruh anggota teater sedang ada diatas panggung, panggung sungguhan kami yang pertama dengan tata lampu dan tata panggung. Aku duduk di bangku penonton bersama seorang sahabat perempuanku.

“Eh tau nggak?” Aku menatap sahabatku dengan ragu, karna aku sudah tidak bisa menahan lagi perasaanku saat itu
“Kenapa ran?”
“Sebenernya kan, gue suka sama anak embun”
“Eaa siapa tuh”
“hmmm.. yang ituu” Aku menunjuk kearah orang yang aku sukai
“Wahaha gila...”
“Gilakan?” Aku tertawa dengannya untuk beberapa saat. Akhirnya aku menceritakan semua yang aku simpan pada sahabatku tentang kenapa dan bagaimana bisa aku suka pada laki2 itu. Ahh.. mungkin setelah bagian ini aku posting aku akan menyesal ya? Hahaha.

Beberapa jam sebelum pertunjukkan, kami pun mulai di Make up. Karena make upku tebal dan detail aku pun butuh waktu yang cukup lama. Waktu kami tampil akan tiba beberapa menit lagi, seorang temanku tiba2 sakit dan pusing amat hebat. Aku menemani dia sambil sesekali mengipasi wajahnya yang berkeringat, ia pun meminum obat sakit kepala yang cukup ampuh dan beruntung saat itu dia bisa ikut pertunjukkan. 

Meskipun sudah latihan habis-habisan, pulang malam hampir setiap hari, mengulang adegan mungkin hingga ratusan kali, menghafal dialog di kesempatan apapun, tapi kemungkinan gagal sekecil apapun akan selalu ada. Beberapa menit sebelum tampil aku gugup bukan main, ditambah kondisi suaraku yang mengkhawatirkan. 

Teater Embun beberapa hari sebelum pertunjukkan seringkali berlatih di kampus UIN. Kami berangkat terkadang sepulang sekolah dan pulang jam 9 keatas. Tidak ada waktu untuk bermain bersama teman2 kami yang lain. Jika benar2 penat maka kami akan bermain dengan anggota teater lainnya yang juga sedang sama2 penat. Maka jangan heran jika kami sering berselisih pendapat. Aku fikir saat itu perbedaan memang menyulitkan tapi kami masih 17 bahkan ada yang masih 16 tahun saat itu. Dari perbedaan kami belajar saling mengerti dan memberi ruang untuk satu sama lain.

Kekeluargaan yang dijalin di Teater Embun pun sangat menyenangkan, kami melewati semua hal bersama. Semua yang tidak pernah dilakukan ditahun sebelumnya kami jalani, karena bersama2 maka hal itu tidaklah sukar. 

Mengingat kesulitan yang kami hadapi bersama, dari mulai menentukan genre pertunjukkan, membuat plot, menulis lirik lagu, memasukkan melody, membuat koreografi, menyiapkan property, menyocokkan dan mencari kostum, hingga latihan bersama hingga larut malam. Saat semua terasa sulit, kami akan bergantung pada memori2 itu. Karena dalam sebuah pertunjukkan, menyerah bukan pilihan. Sampai akhir, seburuk apapun itu kemungkinan yang akan terjadi pertunjukkan harus tetap berjalan. 

Pertunjukkan akan segera dimulai, semua yang ada di belakang panggung mulai terdiam, aku berkali2 menarik nafas mencoba menekan rasa gugup terutama karena hari ini suaraku tidak dalam kondisi baik. Tapi aku merasa tenang karena beberapa saat sebelum pertunjukkan seorang temanku berbaik hati membelikan permen yang membuat tenggorokanku lega. 

Saat aku masuk ke panggung pun tiba, aku mulai meresapi karakter Gaylord saat cahaya Lighting yang sangat silau mulai memenuhi pandanganku. Saat berlakon aku tidak melihat temanku sebagai dia di keseharian, aku melihat dia adalah tokoh yang dia perankan. 

"The End(?)" adalah sebuah pertunjukkan teater tentang dua negara  berseteru. Bangara dan Ublaganang, Gaylord adalah seorang pemimpin bertangan besi yang angkuh, dia memimpin penjajahan Negara Ublaganang di Negara Bangara. Kehidupan di Negara Bangara begitu sulit, rakyatnya sengsara dan kelaparan. Bahkan seorang anak yang kelaparan dan mencuri roti ditembak mati oleh tentara setempat. Itulah yang semakin membuat pemuda pemudi bangara merasa bertanggung jawab untuk melepaskan negaranya dari kekejaman penjajahan. Sehina apapun suatu negara, tidak ada negara yang tidak pantas merdeka. Dan tidak ada negara maupun manusia yang pantas merenggut kemerdekaan bahkan nyawa manusia lainnya atas nama kekuasaan.

Akhirnya Pemuda pemudi Bangara yaitu Diana dkk memutuskan untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Mereka berlatih militer di pedalaman bersama teman2nya demi memperjuangkan kemerdekaan. Hingga tiba saat nya konfrontasi dengan penjajah.

Saat itu Gaylord tengah berpidato di hari ulang tahun penjajahan Ublaganang di Bangara. Tiba2 Diana dkk menyerang Gaylord yang saat itu didampingi oleh tentara2 dan ajudan2nya. Gaylord murka, ia berkata pada Diana dkk bahwa mereka akan merasakan akibatnya karena berani menentang penjajah. Saat itu terjadi baku tembak yang amat hebat, kedua kubu saling menyerang tanpa berniat untuk mundur. Menyadari posisi mereka sudah terpojok, Pemuda pemudi Bagara pun memutuskan untuk mundur. Saat itulah, dua orang rekan Diana yaitu Isaac dan Aaron menghilang.

Isaac yang ditemukan oleh tenaga medis Ublaganang mengalami nasib yang lebih beruntung dari Aaron. Gadis yang bekerja untuk Ublaganang itu justru menyelamatkan hidup Isaac. Tapi malang, saat Isaac dan gadis itu semakin dekat. Tentara Ublaganang merangsek masuk ke tenda medis karena mendapat kabar bahwa ada seorang tenaga medis yang menyelamatkan pemberontak, saat itulah gadis berhati mulia yang menyelamatkan Isaac memintanya untuk kabur dari tenda. Saat Isaac berlari dari tenda, Gadis itu ditembak mati. 

Aaron bernasib buruk, ia ditangkap oleh tentara Ublaganang. Setelah penangkapan, Aaron di interogari oleh Gaylord. Ia pun diancam akan dibunuh jika tidak memberitahukan dimana keberadaan pemberontak lainnya. Merasa ketakutan, Aaron pun memberitahukan lokasi persembunyian teman2 nya.

Ditempat lain Diana dkk panik mendapati Isaac dan Aaron tidak ada ditengah2 mereka. Saat sedang kebingungan Isaac masuk kedalam markas dengan berurai air mata. Isaac semakin bernafsu untuk mengalahkan Gaylord dan tentaranya yang tidak punya rasa kemanusiaan. Namun takdir berkata lain, sebelum mereka sempat menyusun rencana tentara Ublaganang mendobrak masuk kedalam markas, mereka memborgol dan menggiring Diana dkk secara paksa.

Diana dkk dimasukkan ke penjara yang sama dengan Aaron, Saat melihat Aaron dan mendengarkan pengakuannya. Ernest salah seorang pejuang terbakar emosinya. Ia menghajar Aaron yang telah dianggap melakukan pengkhianatan pada teman2 seperjuangannya demi menyelamatkan dirinya sendiri. Tapi tentu itu tidak menyelesaikan masalah apapun, Ublaganang masih menjajah negara mereka dan menyiksa rakyatnya dengan keserakahan.

Teman2 pejuang yang bersembunyi di pedalamanpun mendengar kabar tertangkapnya pejuang2 Bangara. Mereka memutuskan untuk menyelamatkan Diana dkk dan menyusun strategi menjatuhkan Gaylord. Mereka menyusup kedalam Istana dan mencuri kunci penjara dari penjaga. Setelah mendapatkan kunci mereka segera membebaskan para pejuang dari jeruji besi dan menceritakan rencana mereka.

Di ruangan lain dalam istana, Gaylord sedang mengadakan pertemuan dengan para menterinya. Saat itulah Pejuang yang menyamar menjadi penjaga2 mulai menunjukkan diri. Gaylord tidak punya pelindung lagi karena semua penjaga telah dilumpuhkan. Ia tidak ingin terhina karena ditangkap oleh pejuang2 Bangara, Ia pun melawan sebisa mungkin. Meskipun terpojok Gaylord masih bersikap angkuh, hingga akhirnya ia pun ditembak oleh pejuang Bangara.

Pertunjukkan berjalan dengan lancar meski ku akui, aku melakukan beberapa kesalahan. Seperti nada yang tidak sampai dan akhirnya aku turunkan, lupa dialog hingga akhirnya aku harus berimprofisasi. Saat melihat kearah penonton yang ku lihat hanya cahaya lighting panggung, jadi aku tidak begitu memperhatikan penonton, aku hanya fokus pada tokoh Gaylord. Hanya yang palig aku ingat adalah adegan saat aku tertembak, saat latihan aku hanya tumbang dengan normal. Tapi saat pertunjukkan dengan refleks aku melakuakan gerakan seperti tertembak. Beberapa temanku tertawa dan terkejut karena mereka tidak menyanggka aku melakukan gerakan itu hahaha mungkin karena gerakan itu terlihat seperti popping ? ^^

Pertunjukkan berakhir, lampu di teater pun kembali  dihidupkan. Saat itu aku bisa melihat penonton yang ramai mulai turun kearah panggung, ibu ku yang hari itu datang dari Depok ke Jakarta pun menghampiriku dan aku merasa sangat senang. Pertunjukkannya berakhir dengan sukses dan meraih berbagai pujian dari juri. Salah seorang juri bahkan berbicara padaku secara pribadi dan memintaku untuk terus bermain teater. Kami pulang ke Depok lewat tengah malam, dengan wajah masih bersisa make up dan kelelahan, aku pulang ke Rumah dengan lega.

 Berkat produksi “The end(?)” Aku mendapatkan nominasi pemeran pembantu wanita terbaik. Tentu itu merupakan kehormatan yang luar biasa, karna tidak semua pemeran pembantu wanita masuk dalam nominasi  yang hanya berjumlah 5 orang. Berarti dari seluruh SLTA Jabodetabek, aku termasuk 5 pemeran pembantu wanita terbaik versi juri. waw.. 


Meskipun tidak mendapatkan penghargaan sebagai pemeran pembantu wanita terbaik, aku tetap senang saat menerima medali dan maju ke panggung. Buat kalian yang berniat masuk ke SMAN 5 Depok, boleh banget ikut Teater Embun. Bukan ikut karena coba2 yaa.. keberhasilan Teater embun hari ini adalah hasil dari Teater Embun lulus dari kegagalan dan kesulitan yang dialami sebelumnya, bukan hasil instan yang langsung didapat..

Teater Embun~ We Act We Play We Stay!! :D 




***
Ditunggu Part 5 nya ya :) masih proses~



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Life After Collage #1 : Rasanya kerja 6 tahun

Hai! lamaa juga gak nulis.  Aku lagi balik ke sawangan dan hujan super lebat, jadi gue neduh dulu di salah satu coffee shop yang mungkin 15 ...