Kamis, 09 Juli 2015

Flashback : Lulusan Gagal (Part 3)

Peran ke Empatku di Teater Embun adalah peran yang paling berkesan, saat casting teman2ku sudah menduga bahwa peran itu memang dibuat untukku hahaa saking pasnya. Aku mendapat peran pembantu (lagi) haha tapi kali ini peran pembantu sangat penting. Aku berperan sebagai Gaylord, seorang raja dari negara Ublaganang yang menjajah negara bangara. Produksi saat itu diberi judul “The End(?)”,  yang mengangkat cerita perjuangan kemerdekaan suatu negara.  


Aku, Kak Sekar dan tim naskah membuat naskah produksi ini bersama-sama, bahkan sampai malam di Rumah kak Sekar. Lagu yang ada dalam produksi musikal ini pun adalah lagu yang kami buat, aku menyumbang satu lagu untuk satu adegan di Produksi ini. Saat itu kak sekar memintaku membantunya membuat lagu, aku terus kebingungan memikirkan kata2 apa yang cocok untuk dimasukkan ke lirik lalu aku pun mulai sering bersenandung mencoba mencari nada yang tepat untuk lagu itu. Jika aku harus mendengarkan lagu itu lagi, mungkin aku akan sangat malu hhhhhhhhhh.

Ditengah produksi kami ditawarkan mengikuti lomba tingkat Kota, saat itu kami terbagi menjadi dua kubu. Kubu yang setuju dan kubu yang tidak setuju. Kubu yang setuju tentu menganggap lomba ini adalah kesempatan besar untuk Teater Embun menorehkan prestasi. Kubu yang tidak setuju menganggap kesempatan ini bisa memperlambat produksi “The End(?)” yang dipersiapkan untuk lomba Festival Teater SLTA Bulungan. Aku termasuk dalam kubu yang sangat ingin Teater Embun ikut lomba ini. Singkat cerita, teater embun ikut lomba ini. Aku membuat naskahnya, dan sesuai perjanjian. Cerita yang diangkat untuk lomba menggunakan pemeran2 “The End(?)” yang sudah ditentukan dengan jalan cerita yang lebih singkat  dan padat. Tentu saja aku mengalami kesulitan membuat naskahnya, akhirnya naskah yang ku buat di edit sampai 3 kali.

Setiap produksi pasti selalu ada saja tantangan yang kami hadapi. Saat akan ikut lomba teater tingkat kota kami diusir oleh warga karena dianggap berisik dan menganggu ketenangan perumahan saat itu. Kalau kalian berfikir cara warga itu mengusir adalah dengan cara baik2, maka itu hanya harapan kalian. Ia mengusir kami dengan cara yang tidak menyenangkan, apa yang dia ucapkan saat itu cukup membuat kami enggan untuk berlatih di aula tempat kami biasa latihan. Kami diusir di H-3 Perlombaan, tentu saja bingung bukan main. 

Akhirnya kami memutuskan untuk berlatih di rumah salah seorang anggota teater setelah mencari tempat kemana2. Saat berlatih pertunjukkan di ruangan yang sama dengan Modern Dance dari sekolah lain, tiba2 pelatih modern dance itu mendekati kami. “Ummm boleh komen gak? Kok kamu baca dialognya kaya baca proklamasi sih..” dan bla bla bla. Dia mengatakan itu pada seorang teman laki-lakiku.

Hari perlombaan pun tiba, kami berkumpul di rumah kak sekar dari pagi2 sekali. Aku benar2 gugup, saat itu aku dibonceng oleh pelatih teater embun dan kami mengalami kecelakaan kecil dijalan. Beruntung kecelakaan itu kecil dan aku masih bisa tampil. Belum cukup kecelakaan dijalan, saat kami akan parkir aku turun dari motor dengan percaya diri. Tiba2 celanaku yang longgar (dipakai untuk tampil) tersangkut, dan aku jatuh di lapangan, didepan banyak orang dengan sukses.

Kami punya banyak waktu karena tampil diurutan nyaris terakhir. Saat akan menggunakan make up kami diantar panitia ke ruang make up yang juga diisi sekolah lain. Betapa kagetnya kami mendapati ruangan itu sangat penuh, disesaki perwakilan2 sekolah yang sedang make up, berlatih dialog dan adegan atau bahkan ada yang hanya diam menunggu giliran make up. Kami memutuskan untuk meminta ruang ganti lain pada panitia, kami beruntung panitia memberikan kami ruangan lain di bawah. Gaylord adalah peran laki2 (sebenarnya) tapi karna berbagai alasan peran itu diberikan padaku. 

Karena  itu aku tidak punya pilihan kecuali memerankan peran Gaylord semaksimal mungkin. Pelatih teater kami saat itu mengurus make up ku, ia harus menyulapku yang super perempuan menjadi lelaki yang berparas angkuh, menyebalkan dengan jenggot, kumis dan alis yang tebal menukik. Saat di make up aku menahan nafas dengan tidak sadar, karena wajah pelatih teater kami sangat dekat dengan wajahku dan aku benar2 melihat ia fokus mencoret2 wajahku dengan pensil alisnya, sesekali aku merasakan ia bernafas di depan wajahku.

Selain harus menggunakan make up laki2, aku juga harus memeragakan adegan berkelahi dengan salah seorang teman laki2ku. Dan adegan itu bukan cuman 1 kali tapi ada beberapa kali, karena itu aku diajari dengan cepat cara berkelahi haha.

Akhirnya saat kami tampil pun tiba, saat sedang Check sound aku sudah mulai merasakan demam panggung. Saat itu salah seorang temanku berjalan ke panggung yang ditutupi kain (karena pertunjukkan belum dimulai). Malang nya ia saat ia sedang sendirian ditengah panggung secara tidak sengaja kain yang menutupi panggung itu terbuka, sontak membuat beberapa penonton kaget dan tertawa. Ia pun buru2 kembali ke belakang panggung, dan kami yang ada di belakang panggung berusaha menahan tawa yang rasanya bisa meledak jika kami tidak sedang bersiap tampil. Akhirnya pertunjukkan di mulai, penonton mulai berkumpul menyaksikan pertunjukkan kami dengan serius. 

Beberapa adegan dimulai, tidak disangka saat bagian temanku yang di komentari membaca dialog seperti proklamasi saat latihan saat itu membuat aku berkaca2 di belakang panggung. Dialog yang ia bawakan membuat aku tersentuh, tapi aku harus menahan perasaan dan berusaha terus mendalami peran antagonisku. Tiba saatnya aku tampil diatas panggung, aku merasa terbawa suasana dan berubah menjadi Gaylord yang benar2 jahat. Beberapa penonton mulai menangis saat adegan Gaylord dan anak laki2nya beradu mulut, saat itu aku berakhir dengan dibunuh oleh pemeran anak laki2 Gaylord. Usai pertunjukkan kami bergandegan dan membungkuk bersama meninggalkan penonton yang berurai air mata.

Saat kami akan turun ke ruang make up, guru seni budaya kami menghampiri.Mata dan wajahnya terlihat merah, ia berkata bahwa cerita pertunjukkan kami menyentuh dan ia bangga bisa melihat kami tampil. Aku sangat senang sekali, serasa sudah mendapat hadiah dari perlombaan itu. 

Saat pengumuman pun tiba, kami gugup bukan main, menunggu juri datang dan mengumumkan pemenangnya. Saat itu kami bersaing dengan salah satu sekolah negeri favorit di depok, sekolah negeri yang sudah pernah mewakili depok ketingkat provinsi. Saat mereka dengan nyaman duduk dibawah, kami duduk dengan tegang diatas bangku.

“Oke... pemenang lomba FLS2N cabang Teater atau Drama adalahhh..... *dag dig dug dag dig dug* TEATER EMBUN!!” aku dan semua anggota teater embun sontak berdiri sambil berteriak, kami pun maju ke depan saat itulah air mata ku tidak terbendung dan saat itu aku menyadari bukan hanya aku yang menangis tapi semua anggota ikut menangis. Kami saling berpelukan saat Ketua Teater menerima piala juara 1, aku benar2 bangga dan senang saat itu.

Teater Embun

Aku pulang bersama kak Sekar setelah kami berfoto bersama piala dan anggota teater embun. Mungkin hari itu adalah hari dimana aku membawa motor dengan sangat hati2 dan perlahan, bukan takut aku terjatuh, aku takut piala pertama Teater embun itu rusak. Dengan hati senang aku pulang ke Rumah dan memberitahu pada orang tuaku bahwa aku menang hari itu. 

***
a/n 
I'm working hard!! here we go Part 4 http://theranamustika.blogspot.com/2015/07/flashback-lulusan-gagal-part-4.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Life After Collage #1 : Rasanya kerja 6 tahun

Hai! lamaa juga gak nulis.  Aku lagi balik ke sawangan dan hujan super lebat, jadi gue neduh dulu di salah satu coffee shop yang mungkin 15 ...