Peran ke Empatku di Teater Embun adalah peran
yang paling berkesan, saat casting teman2ku sudah menduga bahwa peran itu
memang dibuat untukku hahaa saking pasnya. Aku mendapat peran pembantu (lagi)
haha tapi kali ini peran pembantu sangat penting. Aku berperan sebagai Gaylord,
seorang raja dari negara Ublaganang yang menjajah negara bangara. Produksi saat
itu diberi judul “The End(?)”, yang
mengangkat cerita perjuangan kemerdekaan suatu negara.
Aku, Kak Sekar dan tim naskah membuat naskah
produksi ini bersama-sama, bahkan sampai malam di Rumah kak Sekar. Lagu yang
ada dalam produksi musikal ini pun adalah lagu yang kami buat, aku menyumbang
satu lagu untuk satu adegan di Produksi ini. Saat itu kak sekar memintaku
membantunya membuat lagu, aku terus kebingungan memikirkan kata2 apa yang cocok
untuk dimasukkan ke lirik lalu aku pun mulai sering bersenandung mencoba
mencari nada yang tepat untuk lagu itu. Jika aku harus mendengarkan lagu itu
lagi, mungkin aku akan sangat malu hhhhhhhhhh.
Ditengah produksi kami ditawarkan mengikuti
lomba tingkat Kota, saat itu kami terbagi menjadi dua kubu. Kubu yang setuju
dan kubu yang tidak setuju. Kubu yang setuju tentu menganggap lomba ini adalah
kesempatan besar untuk Teater Embun menorehkan prestasi. Kubu yang tidak setuju
menganggap kesempatan ini bisa memperlambat produksi “The End(?)” yang
dipersiapkan untuk lomba Festival Teater SLTA Bulungan. Aku termasuk dalam kubu
yang sangat ingin Teater Embun ikut lomba ini. Singkat cerita, teater embun
ikut lomba ini. Aku membuat naskahnya, dan sesuai perjanjian. Cerita yang
diangkat untuk lomba menggunakan pemeran2 “The End(?)” yang sudah ditentukan
dengan jalan cerita yang lebih singkat
dan padat. Tentu saja aku mengalami kesulitan membuat naskahnya,
akhirnya naskah yang ku buat di edit sampai 3 kali.
Setiap produksi pasti selalu ada saja tantangan
yang kami hadapi. Saat akan ikut lomba teater tingkat kota kami diusir oleh
warga karena dianggap berisik dan menganggu ketenangan perumahan saat itu. Kalau
kalian berfikir cara warga itu mengusir adalah dengan cara baik2, maka itu
hanya harapan kalian. Ia mengusir kami dengan cara yang tidak menyenangkan, apa
yang dia ucapkan saat itu cukup membuat kami enggan untuk berlatih di aula
tempat kami biasa latihan. Kami diusir di H-3 Perlombaan, tentu saja bingung
bukan main.
Akhirnya kami memutuskan untuk berlatih di rumah salah seorang
anggota teater setelah mencari tempat kemana2. Saat berlatih pertunjukkan di ruangan
yang sama dengan Modern Dance dari sekolah lain, tiba2 pelatih modern dance itu
mendekati kami. “Ummm boleh komen gak? Kok kamu baca dialognya kaya baca
proklamasi sih..” dan bla bla bla. Dia mengatakan itu pada seorang teman
laki-lakiku.
Hari perlombaan pun tiba, kami berkumpul di
rumah kak sekar dari pagi2 sekali. Aku benar2 gugup, saat itu aku dibonceng
oleh pelatih teater embun dan kami mengalami kecelakaan kecil dijalan. Beruntung
kecelakaan itu kecil dan aku masih bisa tampil. Belum cukup kecelakaan dijalan,
saat kami akan parkir aku turun dari motor dengan percaya diri. Tiba2 celanaku
yang longgar (dipakai untuk tampil) tersangkut, dan aku jatuh di lapangan, didepan banyak orang dengan sukses.
Kami punya banyak waktu karena tampil diurutan
nyaris terakhir. Saat akan menggunakan make up kami diantar panitia ke ruang
make up yang juga diisi sekolah lain. Betapa kagetnya kami mendapati ruangan
itu sangat penuh, disesaki perwakilan2 sekolah yang sedang make up, berlatih
dialog dan adegan atau bahkan ada yang hanya diam menunggu giliran make up.
Kami memutuskan untuk meminta ruang ganti lain pada panitia, kami beruntung
panitia memberikan kami ruangan lain di bawah. Gaylord adalah peran laki2 (sebenarnya)
tapi karna berbagai alasan peran itu diberikan padaku.
Karena itu aku tidak punya pilihan kecuali memerankan
peran Gaylord semaksimal mungkin. Pelatih teater kami saat itu mengurus make up
ku, ia harus menyulapku yang super perempuan menjadi lelaki yang berparas
angkuh, menyebalkan dengan jenggot, kumis dan alis yang tebal menukik. Saat di
make up aku menahan nafas dengan tidak sadar, karena wajah pelatih teater kami
sangat dekat dengan wajahku dan aku benar2 melihat ia fokus mencoret2 wajahku
dengan pensil alisnya, sesekali aku merasakan ia bernafas di depan wajahku.
Selain harus menggunakan make up laki2, aku
juga harus memeragakan adegan berkelahi dengan salah seorang teman laki2ku. Dan
adegan itu bukan cuman 1 kali tapi ada beberapa kali, karena itu aku diajari
dengan cepat cara berkelahi haha.
Akhirnya saat kami tampil pun tiba, saat sedang
Check sound aku sudah mulai merasakan demam panggung. Saat itu salah seorang
temanku berjalan ke panggung yang ditutupi kain (karena pertunjukkan belum
dimulai). Malang nya ia saat ia sedang sendirian ditengah panggung secara tidak
sengaja kain yang menutupi panggung itu terbuka, sontak membuat beberapa
penonton kaget dan tertawa. Ia pun buru2 kembali ke belakang panggung, dan kami
yang ada di belakang panggung berusaha menahan tawa yang rasanya bisa meledak
jika kami tidak sedang bersiap tampil. Akhirnya pertunjukkan di mulai, penonton
mulai berkumpul menyaksikan pertunjukkan kami dengan serius.
Beberapa adegan
dimulai, tidak disangka saat bagian temanku yang di komentari membaca dialog seperti
proklamasi saat latihan saat itu membuat aku berkaca2 di belakang panggung.
Dialog yang ia bawakan membuat aku tersentuh, tapi aku harus menahan perasaan
dan berusaha terus mendalami peran antagonisku. Tiba saatnya aku tampil diatas
panggung, aku merasa terbawa suasana dan berubah menjadi Gaylord yang benar2
jahat. Beberapa penonton mulai menangis saat adegan Gaylord dan anak laki2nya
beradu mulut, saat itu aku berakhir dengan dibunuh oleh pemeran anak laki2
Gaylord. Usai pertunjukkan kami bergandegan dan membungkuk bersama meninggalkan
penonton yang berurai air mata.
Saat kami akan turun ke ruang make up, guru
seni budaya kami menghampiri.Mata dan wajahnya terlihat merah, ia berkata bahwa
cerita pertunjukkan kami menyentuh dan ia bangga bisa melihat kami tampil. Aku
sangat senang sekali, serasa sudah mendapat hadiah dari perlombaan itu.
Saat pengumuman pun tiba, kami gugup bukan main, menunggu juri datang dan mengumumkan pemenangnya. Saat itu kami bersaing dengan salah satu sekolah negeri favorit di depok, sekolah negeri yang sudah pernah mewakili depok ketingkat provinsi. Saat mereka dengan nyaman duduk dibawah, kami duduk dengan tegang diatas bangku.
Saat pengumuman pun tiba, kami gugup bukan main, menunggu juri datang dan mengumumkan pemenangnya. Saat itu kami bersaing dengan salah satu sekolah negeri favorit di depok, sekolah negeri yang sudah pernah mewakili depok ketingkat provinsi. Saat mereka dengan nyaman duduk dibawah, kami duduk dengan tegang diatas bangku.
“Oke... pemenang lomba FLS2N cabang Teater atau
Drama adalahhh..... *dag dig dug dag dig dug* TEATER EMBUN!!” aku dan semua
anggota teater embun sontak berdiri sambil berteriak, kami pun maju ke depan
saat itulah air mata ku tidak terbendung dan saat itu aku menyadari bukan hanya
aku yang menangis tapi semua anggota ikut menangis. Kami saling berpelukan saat
Ketua Teater menerima piala juara 1, aku benar2 bangga dan senang saat itu.
![]() |
Teater Embun |
Aku pulang bersama kak Sekar setelah kami
berfoto bersama piala dan anggota teater embun. Mungkin hari itu adalah hari
dimana aku membawa motor dengan sangat hati2 dan perlahan, bukan takut aku
terjatuh, aku takut piala pertama Teater embun itu rusak. Dengan hati senang
aku pulang ke Rumah dan memberitahu pada orang tuaku bahwa aku menang hari itu.
***
a/n
I'm working hard!! here we go Part 4 http://theranamustika.blogspot.com/2015/07/flashback-lulusan-gagal-part-4.html
a/n
I'm working hard!! here we go Part 4 http://theranamustika.blogspot.com/2015/07/flashback-lulusan-gagal-part-4.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar