Kamis, 09 Juli 2015

Flashback : Lulusan Gagal (Part 2)

Saat aku belajar seni peran di Teater Embun rasanya sangat menyenangkan, bisa bertemu banyak teman yang memiliki hobi yang sama. Bukan hanya belajar seni peran, aku juga belajar tentang kesungguhan, seni, kerja sama, ke disiplinan dan belajar tentang apresiasi.  Saat itu adalah kali pertamanya Teater Embun mencoba ikut Festival Teater SLTA Bulungan, aku masih duduk dikelas 10. Selama di teater embun peranku  hampir selalu antagonis haha. Peran pertamaku adalah menjadi cupid, peran yang sangat figuran . Aku muncul dengan senyuman lebar saat dua tokoh utama jatuh cinta ala FTV. Tapi tentu saja aku tidak protes, karena disaat yang sama aku sedang mempersiapkan acara bulan bahasa yang rutin dilaksanakan di SMAN 5 Depok.

Peran kedua ku di Teater Embun adalah sebagai Penyihir yang membantu Romeo dan Juliet. Kami tampil di acara GLOBE, Lomba PASKIBRA antar sekolah yang dilaksanakn oleh ekskul PASKIBRA di sekolahku. Lomba ini cakupannya luas, bahkan sekolah2 di luar Kota Depok rela jauh2 dengan menyewa kendaraan untuk ikut acara ini. Semua ruangan di sekolahku bisa full diisi tim-tim yang dikirim untuk ikut perlombaan PASKIBRA. Saat itu kami tampil ditengah lapangan, saat matahari sedang cukup panas. Aku menggunakan jubah hitam panjang dan make up nenek sihir super tebal. Karena menarik perhatian orang aku berusaha menutupi wajahku sambil cekikikan, excited karna bisa membuat orang penasaran. Panggung jenis apapun ternyata menyenangkan, setiap adegan dalam produksi teater Roma dan Yuli selalu mendapatkan tepuk tangan yang riuh dari penonton. Dan tidak ku sadari pertunjukkan selesai, kami saling bergandeng dan membungkuk pada penonton.

 Usai pertunjukkan kami berkumpul di ruang make up, saat itu beberapa orang masih melihat kami hingga kami hilang dari pandangan mereka. Di Ruang make up aku melihat beberapa alumni yang dulu ikut ekskul teater sudah berkumpul dengan senyum terkembang, beberapa diantara mereka saling berpelukan dengan beberapa anggota teater yang tampil sembari memuji mereka. Saat evaluasi pun tiba, aku ingat saat kami duduk dengan lingkaran berlapis (karena terlalu banyak orang) sembari mendengarkan kesan pesan alumni. Dengan suara lantang alumni2 memuji kami satu persatu dari mulai penampilan, kostum, make up sampai keseluruhan pertunjukkan hari itu. Aku mengingat kak Sekar (ketua Teater) saat itu dengan suara gemetar mulai berbicara, betapa bangganya ia, bahagia dan terharunya ia hari itu. Karena hari itu adalah hari pertama pertunjukkan Teater Embun sangat-sangat dihargai oleh penonton dan cukup memuaskan bagi pemain.  

Saat itu aku sadar, mungkin, mungkin sesuatu yang orang anggap belum cukup baik ternyata sedang susah payah mempersiapkan diri menjadi baik. Tentu saja maksudku SMAN5, jika kalian bandingkan sekolahku dengan sekolah usia puluhan tahun mungkin tidak ada habisnya perbandingan itu. Tapi mungkin kalian juga tidak pernah melihat betapa kami siswa-siswinya selalu berusaha mengharumkan nama sekolah kami. Dari mulai detik itu, aku mulai merasa bangga pada Sekolah baruku, Smanli.

Peran ketiga ku di Teater Embun adalah sebagai Ibu Panti Asuhan yang jahat. Saat itu aku nyaris jadi pemeran utama, tapi ternyata saat itu aku dapat peran pembantu (lagi). Aku agak merasa kecewa, tentu saja pasti semua orang ingin mendapatkan peran utama yang paling diperhatikan. Saat itu orang tuaku kurang menyetujui keputusanku aktif di Teater karena beberapa alasan pribadi, tentu saja aku sedih bahkan nyaris tidak ikut di produksi itu. Tapi ternyata orang tua ku masih memberi kesempatan dan mendukungku keputusanku selama tidak melewati batas. Akhirnya aku pun berusaha memerankan peran ibu panti yang jahat itu. 

Saat H-1 pementasan, malamnya aku mendapat kabar kakek ku meninggal. Saat itu juga aku langsung berangkat ke Bandung. Meskipun hatiku sedang sedih bukan main, tapi aku masih memikirkan pertunjukkan besok. Siapa yang akan menggantikan posisiku? Sehari sebelum pertunjukkan?. Aku merasa bersalah meninggalkan tanggung jawabku saat itu. Setelah shalat gaib bersama keluarga dan melihat kakekku untuk yang terakhir kalinya. Aku berfikir, Almarhum kakekku adalah adalah sosok yang aku hormati, saat itu aku berfikir mungkinkah beliau akan senang jika mengetahui aku meninggalkan tanggung jawabku di Teater?. 

Maka saat pagi hari aku memberanikan diri untuk izin dari pemakaman beliau. Awalnya ayah dan ibuku hanya diam, ibuku juga berkata padaku untuk tidak pergi ke Depok. Aku pun sebenarnya tidak tega meninggalkan ayahku, apalagi itu saat terakhir aku bisa bertemu dengan kakek. Tapi tidak disangka ayahku mengizinkan aku berangkat ke Depok untuk pertunjukkan itu, sampai saat ini aku masih menyesali diriku yang tidak hadir di pemakaman almarhum kakek. Karena itu aku selalu menganggap kesuksesanku sebagai hutang pada Almarhum kakek, aku sedang belajar bertanggung jawab. Kelak jika aku berhasil maka semua keberhasilan itu adalah karena keluargaku yang begitu luar biasa, keberhasilan itu berawal dari aku yang tidak menghadiri pemakaman hari itu dengan terpaksa demi memenuhi kewajibanku. Aku berusaha untuk tidak lagi mengecewakan ayahku, ayahku yang sangat luar biasa.


Maka hari itu juga aku berangkat sendiri ke Depok, saat aku sampai di sekolah aku langsung make up untuk persiapan tampil. Pertunjukkan hari itu lancar, Rekan2ku di Teater sangat senang aku hadir saat itu. 

Pulang dari pertunjukkan aku langsung menuju ke travel lagi untuk kembali ke Bandung. Selama perjalanan ke Travel aku menahan hatiku yang remuk redam. Saat itu sore hari dan aku putuskan untuk Shalat Ashar, mungkin shalat ashar saat itu adalah shalat yang paling aku kenang. Aku berdoa sangat panjang untuk Almarhum kakekku, berharap ia memaafkan keputusanku hari itu. I Miss you and i Love you so much

  
***
a/n
View the next part please :)
Part 3 (http://theranamustika.blogspot.com/2015/07/flashback-lulusan-gagal-part-3.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Life After Collage #1 : Rasanya kerja 6 tahun

Hai! lamaa juga gak nulis.  Aku lagi balik ke sawangan dan hujan super lebat, jadi gue neduh dulu di salah satu coffee shop yang mungkin 15 ...