Saat aku belajar seni peran di Teater Embun
rasanya sangat menyenangkan, bisa bertemu banyak teman yang memiliki hobi yang
sama. Bukan hanya belajar seni peran, aku juga belajar tentang kesungguhan,
seni, kerja sama, ke disiplinan dan belajar tentang apresiasi. Saat itu adalah kali pertamanya Teater Embun
mencoba ikut Festival Teater SLTA Bulungan, aku masih duduk dikelas 10. Selama
di teater embun peranku hampir selalu
antagonis haha. Peran pertamaku adalah menjadi cupid, peran yang sangat figuran
. Aku muncul dengan senyuman lebar saat dua tokoh utama jatuh cinta ala FTV.
Tapi tentu saja aku tidak protes, karena disaat yang sama aku sedang
mempersiapkan acara bulan bahasa yang rutin dilaksanakan di SMAN 5 Depok.
Peran kedua ku di Teater Embun adalah sebagai
Penyihir yang membantu Romeo dan Juliet. Kami tampil di acara GLOBE, Lomba
PASKIBRA antar sekolah yang dilaksanakn oleh ekskul PASKIBRA di sekolahku.
Lomba ini cakupannya luas, bahkan sekolah2 di luar Kota Depok rela jauh2
dengan menyewa kendaraan untuk ikut acara ini. Semua ruangan di sekolahku bisa
full diisi tim-tim yang dikirim untuk ikut perlombaan PASKIBRA. Saat itu kami
tampil ditengah lapangan, saat matahari sedang cukup panas. Aku menggunakan
jubah hitam panjang dan make up nenek sihir super tebal. Karena menarik
perhatian orang aku berusaha menutupi wajahku sambil cekikikan, excited karna bisa membuat orang
penasaran. Panggung jenis apapun ternyata menyenangkan, setiap adegan dalam
produksi teater Roma dan Yuli selalu mendapatkan tepuk tangan yang riuh dari
penonton. Dan tidak ku sadari pertunjukkan selesai, kami saling bergandeng dan
membungkuk pada penonton.
Usai pertunjukkan kami berkumpul di ruang make up,
saat itu beberapa orang masih melihat kami hingga kami hilang dari pandangan
mereka. Di Ruang make up aku melihat beberapa alumni yang dulu ikut ekskul
teater sudah berkumpul dengan senyum terkembang, beberapa diantara mereka
saling berpelukan dengan beberapa anggota teater yang tampil sembari memuji
mereka. Saat evaluasi pun tiba, aku ingat saat kami duduk dengan lingkaran
berlapis (karena terlalu banyak orang) sembari mendengarkan kesan pesan alumni.
Dengan suara lantang alumni2 memuji kami satu persatu dari mulai penampilan,
kostum, make up sampai keseluruhan pertunjukkan hari itu. Aku mengingat kak
Sekar (ketua Teater) saat itu dengan suara gemetar mulai berbicara, betapa
bangganya ia, bahagia dan terharunya ia hari itu. Karena hari itu adalah hari
pertama pertunjukkan Teater Embun sangat-sangat dihargai oleh penonton dan
cukup memuaskan bagi pemain.
Saat itu
aku sadar, mungkin, mungkin sesuatu yang orang anggap belum cukup baik ternyata
sedang susah payah mempersiapkan diri menjadi baik. Tentu saja maksudku SMAN5,
jika kalian bandingkan sekolahku dengan sekolah usia puluhan tahun mungkin
tidak ada habisnya perbandingan itu. Tapi mungkin kalian juga tidak pernah
melihat betapa kami siswa-siswinya selalu berusaha mengharumkan nama sekolah
kami. Dari mulai detik itu, aku mulai merasa bangga pada Sekolah baruku,
Smanli.
Peran ketiga ku di Teater Embun adalah sebagai
Ibu Panti Asuhan yang jahat. Saat itu aku nyaris jadi pemeran utama, tapi
ternyata saat itu aku dapat peran pembantu (lagi). Aku agak merasa kecewa,
tentu saja pasti semua orang ingin mendapatkan peran utama yang paling
diperhatikan. Saat itu orang tuaku kurang menyetujui keputusanku aktif di
Teater karena beberapa alasan pribadi, tentu saja aku sedih bahkan nyaris tidak
ikut di produksi itu. Tapi ternyata orang tua ku masih memberi kesempatan dan
mendukungku keputusanku selama tidak melewati batas. Akhirnya aku pun berusaha
memerankan peran ibu panti yang jahat itu.
Saat H-1 pementasan, malamnya aku
mendapat kabar kakek ku meninggal. Saat itu juga aku langsung berangkat ke
Bandung. Meskipun hatiku sedang sedih bukan main, tapi aku masih memikirkan
pertunjukkan besok. Siapa yang akan menggantikan posisiku? Sehari sebelum
pertunjukkan?. Aku merasa bersalah meninggalkan tanggung jawabku saat itu.
Setelah shalat gaib bersama keluarga dan melihat kakekku untuk yang terakhir
kalinya. Aku berfikir, Almarhum kakekku adalah adalah sosok yang aku hormati, saat itu aku berfikir
mungkinkah beliau akan senang jika mengetahui aku meninggalkan tanggung jawabku
di Teater?.
Maka saat pagi hari aku memberanikan diri untuk izin dari pemakaman
beliau. Awalnya ayah dan ibuku hanya diam, ibuku juga berkata padaku untuk
tidak pergi ke Depok. Aku pun sebenarnya tidak tega meninggalkan ayahku,
apalagi itu saat terakhir aku bisa bertemu dengan kakek. Tapi tidak disangka
ayahku mengizinkan aku berangkat ke Depok untuk pertunjukkan itu, sampai saat
ini aku masih menyesali diriku yang tidak hadir di pemakaman almarhum kakek.
Karena itu aku selalu menganggap kesuksesanku sebagai hutang pada Almarhum
kakek, aku sedang belajar bertanggung jawab. Kelak jika aku berhasil maka semua
keberhasilan itu adalah karena keluargaku yang begitu luar biasa, keberhasilan
itu berawal dari aku yang tidak menghadiri pemakaman hari itu dengan terpaksa demi memenuhi kewajibanku. Aku berusaha
untuk tidak lagi mengecewakan ayahku, ayahku yang sangat luar biasa.
Maka hari itu juga aku berangkat sendiri ke
Depok, saat aku sampai di sekolah aku langsung make up untuk persiapan tampil. Pertunjukkan
hari itu lancar, Rekan2ku di Teater sangat senang aku hadir saat itu.
***
a/n
View the next part please :)
Part 3 (http://theranamustika.blogspot.com/2015/07/flashback-lulusan-gagal-part-3.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar