Aku selalu menyukai pantai, garis horizon lautan yang membiru dilengkapi pemandangan sinar mentari sore yang memantul-mantul di atas riak permukaan air laut. Aku berjalan tanpa alas kaki, merasakan butiran pasir pantai lembut diantara jemari kakiku. Sesekali ku pandangi turis-turis yang berjalan berdampingan di pesisir pantai dengan jagung bakar ditangan mereka.
Aku berlari kecil menenteng sandalku, merasakan desiran angin menerpa wajahku. Sesekali aku menoleh ke belakang melihat angga berjalan kearahku sembari tersenyum lebar, matanya yang hitam dan berkilat menyorot ke arah laut lepas.
"Gue selalu ngebayangin hari ini bisa kejadian lagi Far" Ia tersenyum tipis memandangi jemari kakinya yang ia benamkan diantara pasir pantai
"Gue juga udah lama nggak ke Pantai, semejak lo pergi gitu aja, gue rasanya gabisa dateng ke Pantai lagi" Angga tertawa kecil sembari duduk diatas pasir, duduk menghadap lautan yang seolah tidak berujung. Aku duduk disampingnya, menghela nafas. "Kabar ibu lu gimana Far?"
"Ibu sehat, nanti kalo sempet lo harus ketemu ibu gua ya"
"Sempetlah, kenapa nggak sempet?"
"Yaaa...ngga apa-apa" Angga kembali tersenyum tipis menatapku
"Udah berapa lama lo sakit parah?" Anga terkesiap sejenak, lalu ia kembali mengendalikan dirinya
"Gue ga nyangka lo bakal bahas soal itu"
"Lo pengen gue nemenin lo sampe akhirkan? gue berhak tau dong lo sakit apa?"
"Lo gaperlu tau Far, gue lebih nyaman kalo lo gatau"
Aku menatap Angga cukup lama, mengingat-ngingat bayangan dirinya saat aku terakhir melihat dia. Kemarin angga memang menggunakan rambut palsu, tapi rambut aslinya yang hitam tidak benar-benar hilang, hanya menipis. Wajahnya yang dulu terlihat berisi sekarang terlihat lebih tirus, kantung matanya pun semakin menghitam dan kulitnya memucat. Tapi senyuman di wajahnya masih tertap sama, saat ia tersenyum aku bisa melihat ujung matanya terangkat dan gigi-giginya yang putih bersih terlihat jelas. Angga tertawa kecil membalas tatapanku.
"Lo tau kenapa manusia bisa bedaan manis sama pait Far?"
"Manusia tau rasa manis karna pernah ngerasain sesuatu yang pahit, tau rasa pahit karna pernah ngerasain sesuatu yang manis, bener nggak" ku benamkan jariku diatas pasir dan mulai ku gambar jalur-jalur diatas pasir itu
"Bener, 6 tahun terakhir gue ngerasain itu Far. Lo gak nanya kenapa gue tiba-tiba muncul didepan rumah lo?"
"Gue yakin lo bakal cerita juga akhirnya, kenapa gue harus nanya?" Aku tersenyum pada Angga yang terus menatap kearah laut
"Gue sering dateng kesini 6 tahun terakhir Far, cuaca panas, hujan sekalipun gue selalu dateng kesini, tempat kita pernah ngabisin masa kecil bareng"
"Lo kesini?"
"Gue kira ilang dari hiduplu bakal bikin gue bahagia, tapi setiap hari gue cuma ngerasain kesedihan Far, gue sedih pas lo gagal masuk universitas yang lo mau setaun yang lalu dan gue cuma bisa ngeliat lo dari jauh, gue sedih pas nonton berita bokap lu kena masalah di Kantor, gue juga tau nyokap lu bangkrut"
"Ahh.. jadi selama ini lo merhatiin gue, jadi cuma gue yang gatau? Rama tau kan?" aku bisa merasakan kekecewaan menggerogoti hatiku perlahan. Angga hanya menatapku sekilas.
"gitulah kira-kira Far, sampe awal taun ini gue tau gue sakit parah" Angga tersenyum menggenggam pasir di telapak tangannya.
"Di hari gue dateng ke rumah lo Far, gue lagi ngerasain sakit yang bener-bener hebat, rasanya gue bakal mati hari itu juga. Tapi gue selamat setelah sampe di Rumah sakit, sebelum gue gak sadar gue inget semua kenangan masa kecil sama lo, semua yang gak semepet gue sampein ke elo, semua kesalahan yang gue salahin ke elo 6 tahun terakhir" Aku menunduk mendengarkan Angga yang mulai membuka dirinya padaku.
"Ada kata-kata yang harus gue sampein ke elo Far, ada sesuatu yang harus lo tau tentang gue sebelum gue bener-bener gabisa ngomong lagi"
"Kata-kata apa?"
"Gue belom bisa ngomong sekarang, gue masih ragu Far"
"Lucu ya lo, lo yang gue cari abis-abisan 6 tahun terakhir tiba-tiba muncul, minta gue nemenin lo sampe akhir yang gue gatau, sekarang lo bilang lo pengen ngomong sesuatu yang lo sendiri ragu sama omongan lo" Aku mengakui saat ini rasanya aku penuh dengan kekecewaan, aku bangkit menepuk-nepuk bajuku dan berjalan menjauh dari Angga. Angga berdiri dan mengejar langkah ku.
"Apa?" Aku berkata saat dia tepat di sampingku.
"Lo gamau ketemu ibu gue?" Aku menatap Angga dengan ragu,
"Ibu lo dimana?"
Bus yang kami naiki terus berjalan, aku sesekali menatap Angga yang tidak kunjung turun saat kami sampai di pemberhentian bus berkali-kali. Akhirnya di pemberhentian bus yang sepi kami turun, aku melihat gedung putih tua dari jauh. Ilalang tumbuh lebat di sekitar gedung putih itu. Angga terus berjalan didepan dan aku sibuk memperhatikan sekeliling. Lingkungan ini asing bagi ku, mungkin aku tidak pernah melewati tempat ini sebelumnya.
Kami memasuki gedung itu, aku melihat beberapa pria tua menyapa Angga yang tersenyum hangat pada mereka. Pria-pria itu menggunakan jas panjang putih, dokter?. Angga memberikan tanda padaku untuk mendekat, mengintip sebuah kaca panjang yang mengkilap. Aku melihat seorang perempuan lanjut usia duduk dilantai dengan rambut acak-acakan, kulitnya terlihat kusam dan matanya nanar menatap kesekeliling, Aku terkesiap saat sadar wanita itu memakai kaos putih yang lengannya saling terikat di belakang. Wanita itu berteriak lalu menangis, beberapa saat kemudian ia tertawa sambil berguling di lantai, aku berusaha memfokuskan mataku ke arah wajah wanita itu. Aku menoleh ke Angga yang sedari tadi memandangiku.
"Angga, itu kan... ibu lo?"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Life After Collage #1 : Rasanya kerja 6 tahun
Hai! lamaa juga gak nulis. Aku lagi balik ke sawangan dan hujan super lebat, jadi gue neduh dulu di salah satu coffee shop yang mungkin 15 ...
-
#1 Tata lampu dan panggung terlihat sangat bagus. Tidak ada tanda2 BTS akan masuk ke panggung, lalu tiba2 orang2 berteriak dan saat itu bar...
-
Hai hai! Welcome to my Blog! Jadi di tulisan kali ini gue memutuskan untuk membahas MICE yang sebenarnya gue pengen nulis dari awal masu...
-
Dear Kids, wkwk ga deng 2022 lalu bulan desember jg pas pergantian tahun, aku tu kaya merasa.. capek dengan resolusi. Jadi long story short,...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar