Minggu, 09 Agustus 2015

[Short Story] Words I Want to Say : Part 2

Jika saja aku tau menyimpan perasaan ini membuatku terluka dikemudian hari, apa aku bisa merubah masa lalu ku dan berharap aku tidak pernah menyukai dia. Jika saja aku tau, selama 6 tahun kedepan sejak aku mulai menyukainya, dia tidak akan pernah muncul dihadapanku lagi. Mungkinkah aku akan menghindari pertemuan dengan dia hari itu.

....

"Angga, namaku Angga" Aku terdiam menatap bocah laki-laki dihadapanku, rambutnya yang mengkilap disisir menyamping. Ia memakai celana hitam dengan atasan kaos merah marun lengan pendek. Alisnya tebal dan matanya hitam berkilat, saat ia tersenyum terlihat gigi-gigi putihnya yang kurang lengkap. Aku masih terisak, meremas-remas ujung bajuku dengan gugup. 

"Aku... Aku Farah"

"Uwah, kamu bisa bicara juga ya" Angga kembali tersenyum, lalu mengusap kepalaku dengan lembut "Ibuku selalu melakukan ini saat aku sedang sedih" Aku mengangkat wajahku, menatap bocah polos berusia 8 tahun di hadapanku yang terus tersenyum. Saat ia akan menarik tangannya, aku refleks memegang tangannya agar tetap mengusap kepalaku.

"loh? kamu masih sedih Farah?" Aku terdiam menatap Angga dengan wajah memelas, anak itu tersenyum tipis sembari mengusap-usap kepalaku lagi. 

.....

Saat tersadar dari lamunanku, aku sudah berdiri didepan taman tempat kami berjumpa. Di Taman itu aku mengenal Angga pertama kali, saat keluargaku memutuskan untuk pindah ke kota. 

Tidak ada yang berbeda, bangku kayu panjang yang sudah berumur. Dua ayunan bercat kuning yang bergoyang tertiup angin. Dedaunan yang berserakan di tanah, dan beberapa bunga yang berjatuhan. Aku menarik nafas dalam, berjalan menuju arah ayunan kuning dan duduk diatasnya. Ayunan kuning ini menghadap tepat kearah jalan setapak, jalan dimana aku dan Angga biasa bermain bersama. 

Aku melihat Rama berlari kecil dari kejauhan, dahinya berkilat karena keringat. Ia terengah saat sampai dihadapanku, memegang dadanya yang turun naik tak karuan. Buru-buru ku keluarkan air mineral dari tasku, lalu ku lempar botol itu ke arah Rama. Ia menenggak habis isi botol minum ku, setelah nafasnya mulai teratur ia duduk di ayunan kuning disampingku. 

"Angga lagi Far?" Rama menghela nafas dalam sembari berayung pelan, aku menatap jemari-jemariku yang saling terpaut sejenak.

"Iya... kaya yang lo bilang, Angga lagi"

"Ada aja cewek bodoh kaya lo ya" Rama tertawa kecil sembari berayun lebih kencang, aku tau Rama selalu menjadi Rama, lelaki yang terus terang tentang apapun dan tentang siapapun.

"Gue gaakan bela diri gue soal itu, gue emang bodoh Ram... gue tau Angga gaakan pernah maafin gue" Rama terdiam, ayunannya melambat.

"Gue ga ngerti jalan pikiran lo lagi Far... berapa kali dalam setahun gue harus ngejelasin itu bukan salah lo"

"Sabar ya Ram haha, mungkin gue gaakan pernah berhenti nanya ini sama lo"

"Gue tau, enam tahun terakhir gue sabarkan ngadepin cewek lebay kaya lo?"

"haha, oke oke gue akuin lu emang sabar" Aku menatap Rama yang melempar pandangannya jauh.

"Far.... kalo gue bilang gue tau dimana Angga, lo bakal ngapain?"

Aku tercekat, menatap Rama yang tetap tidak berani menatap mataku. Untuk beberapa saat kami sama-sama terdiam menikmati hembusan angin, suara daun yang bergesekan, tukang dagang yang hilir mudik dan suara burung-burung yang berkicau. Sementara aku terus mencari jawaban dari pertanyaan Rama, lelaki itu hanya diam sembari mengayung ayunannya perlahan. Merasakan desiran angin disetiap helai rambut hitamnya sembari memejamkan mata.

"Ram, gue gaakan nyari Angga walaupun gue tau dia dimana"



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Life After Collage #1 : Rasanya kerja 6 tahun

Hai! lamaa juga gak nulis.  Aku lagi balik ke sawangan dan hujan super lebat, jadi gue neduh dulu di salah satu coffee shop yang mungkin 15 ...