Sabtu, 15 Agustus 2015

A Present from Millionaires

Ada nggak sih di dunia ini yang gamau jadi jutawan? gaada dong ya, pasti semua orang mau jadi jutawa. Gue termasuk salah satu orang yang mau banget jadi jutawan.

Posting kali ini gue isi sambil bawa 3 buku. Ada beberapa bagian yang gue tulis ada juga yang nggak, lengkapnya silahkan dicari di toko buku terdekat masing2 yaa.

 Pertama, The Habits of Millionaires karya Zaenuddin HM yang gue beli 15 Februari 2015. Pak Zaenuddin HM ini adalah jurnalis senior Rakyat Merdeka Group (Holding Jawa Pos Group) yang pernah kuliah di IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta) terus lanjut kuliah di George Washington University, AS, tahun 200 jurusan Literary Journalism.

Buku kedua, pernah gue bahas di posting "Sudut Pandang". Judulnya"Achiever", karya Haryanto Kandani (Indonesia's #1 Achievement Motivator). Buku beliau dapet ulasan dari banyak orang keren, ada Paulina Suryanti (Vice Precident Citibank), Ary Ginanjar Agustian (Penulis buku Best Seller -ESQ), Adam Khoo (Asia's #1 Success Coach & Best-Selling Author), Merry Riana (Best-selling Author of A Gift From a Friend, LG Asia Life's Good Ambassador, Winner of Great Woman of Our Time) dan masih banyak lagi tokoh-tokoh hebat yang komen tentang buku Pak Haryanto ini.

Buku ketiga, judulnya "Bukan untuk Dibaca". Ditulis Deassy M. Destiani, buku ini di rekomendasiin sama temen yang lolos SNMPTN UGM dan langganan ranking 1 paralel di SMA gue haha, Keren banget emang bukunya. Bu Deassy ini lulusan IPB yang hobi banget membaca dan menulis. Isi buku ini kumpulan cerpen gitu yang easy-able buat dibaca, cerita2nya pas banget ngena di hati. Bukunya juga National Best Seller, Recommended banget :)

Oke, pertama kita bahas Fakta Miliarded yang disuguhin sama buku The Habits of Millionaires. Dibuka dulu sama quotes ini ya:

cc: http://www.deluxebattery.com/wp-content/uploads/2013/11/bill-gates.jpg

"Jika Anda terlahir sebagai orang miskin, itu bukan salah Anda.
Tetapi jika Anda meninggal dalam keadaan miskin,
maka itu sepenuhnya kesalahan Anda" 
-Bill Gates, Orang terkaya nomor satu di dunia 2014, 2009, 2005-2000

Sepanjang tahun 2013, dunia telah melahirkan 2.170 miliarder yang tersebar disejumlah negara. Perusahaan global pembanding kekayaan miliarder dunia, Wealth-X, mengungkapkan: 369 wanita turut merebut gelar konglomerat super kaya di daftar tsb. Dari 369 miliarder wanita, 262 diantaranya hanya meneruskan bisnis keluarga. 

Tidak semua miliarder berasal dari keluarga kaya raya, banyak yang justru berasal dari keluarga miskin, yang awalnya hidup susah atau mengalami kesulitan ekonomi. Li Kang-Shing misalnya, setelah ayahnya meninggal dunia, dia harus berhenti dari sekolah dan kemudian mencari uang guna menghidup kebutuhan keluarganya. Ayahnya meninggal dunia saat ia berusia 15 tahun. Saat itu hidup dalam kesusahan, Dia kemudian meninggalkan Tiongkok dan pergi ke Hong Kong pada tahun 1940an untuk bekerja. Tidak mudah baginya, tidak ada pekerjaan yang dengan cepat membuatnya hidup kaya raya. 

Tahu 1950-an, Ka-Shing mendirikan perusahaan sendiri bernama Cheung Kong Industries. Rupanya perusahaan ini mengalami kemajuan pesat, sehingga dia memperluas usahanya ke bidang Real Estate. Usahanya ini mencapai sukses besar. Singkat cerita, akhirnya kekayaan Ka-Shing mencapai US$ 31 miliar pada maret 2013. 

Fakta lain menunjukkkan: kini bermunculan orang2 muda yang dengan cepat dan bahkan dengan sangat kreatif menjadi jutawan atau miliarder. Sebut saja Mark Zuckerberg diusia 26 tahun, Dustin Moskovitz di usia 26 tahun,

Ada 8 sifat yang diterapkan sama orang2 sukses ini, tapi kali ini gue ulas agak panjang cuma 4 poin aja ya. 
1. Passion 
Steve Jobs-pendiri dan CEO Apple- pernah bilang gini:

http://www.quotesthoughts.com/wp-content/uploads/2013/03/nice-quotes-thoughts-steve-jobs-work-great-best.jpg

"Jalan satu-satunya untuk benar-benar merasa puas adalah 
melakukan apa yang Anda yakini sebagai karya besar. Dan, satu-satunya jalan untuk
melakukan pekerjaan besar adalah dengan mencintai apa yang Anda kerjakan,"

Terbukti Jobs adalah orang yang sangat sukses dan kaya raya berkat kecintaannya pada pekerjaannya. Saking cintanya pada pekerjaannya dia bahkan berani menahan lapar dan menunda bermain-main atau bersantaim ketika sedang bekerja merealisasikan gagasan-gagasannya. 

Bener banget poin yang satu ini, gue juga punya temen yang gue bilang dia langganan ranking #1 paralel, lolos undangan Universitas Gajah Mada juga, sekarang dia masuk jurusan Farmasi :). Gue bener-bener ngeliat dia punya passion sama belajar, kalo lagi UAS, UTS, Ulangan Harian pasti dia tidur diatas jam 12 malem. Dia gapernah nunda PR ato tugas, orang nya rajin dan mau susah. Jadi nggak heran kalo dia jadi juara umum di sekolah, dia punya passion dan cinta sama apa yang dia jalanin. 

2. Kerja
Orang-orang kaya, para jutawan dan Miliarder bekerja All out. Mereka melakukan pekerjaan dengan waktu, tenaga dan pikiran di atas rata2 kebanyakan orang. Terutama di masa awal karier mereka membangun kekayaan.

Larry Page, pendiri dan CEO Google Inc, terus terang mengakui, "Kami mulai mengerjakan Google sejak delapan atau sembilan tahun yang lalu ketika kami masih di Stanford. Sejak itu, Kami benar-benar mengerjakannya dengan sangat keras, 24 jam sehari. Anda tidak bisa hanya memiliki inspirasi. Kami memerlukan mungkin 10% inspirasi dan 90% keringat". 
Terbukti dong sekarang Google jadi perusahaan besar dunia yang semua orang di dunia kenal sama Google. 

Gue sebagai penyuka dan pemerhati hal2 tentang korea juga kagum banget sama usaha artis2 korea. Pasti kenal EXO dong? kalo ga kenal bisa dicari di mbah Google kenapa EXO bisa disebut sukses yaa.Di postingan setahun yang lalu gue pernah post tentang EXO yang latihan dari jam 11 pagi sampe 4 pagi, dan itu berlangsung selama 1-7 tahun tergantung lama masa Training mereka. 


Gue kagum sama kerja keras orang-orang yang sukses, mungkin gaada yang tau apa yang mereka korbankan buat jadi sukses. Tapi percaya deh kalo gaada kesuksesan yang masa kadaluarsanya lama tanpa usaha yang lama juga. Jadi kalo usahanya instan bisa jadi suksesnya juga instan-cepet kadaluarsa-. 

3. Fokus 
Ted Turner, raja entertainment dan broadcasting yang kesohor dan kaya raya lewat stasiun televisi CNN juga menegaskan, "Untuk melakukan suatu pekerjaan dengan andal, Anda harus berkonsentrasi di satu bidang saja, jangan menjadi si ahli hal-hal yang tidak penting"

Kendatipun para Miliarder memiliki banyak sumber pemasukan keuangan, mereka tetap fokus pada bidang utamanya. Mereka sangat menghindari mengerjakan hal-hal lain yang mubazir atau tidak penting. 

4.Motivasi 
Kita buka lagi sama kutipan dari John Girard, CEO Clickability:

" Doronglah diri Anda sendiri. Cobalah dengan keras. 
Jangan hanya duduk dan menunggu hidup ini memberikannya pada Anda,"

Bukan hanya itu, para jutawan atau miliarder memotivasi diri mereka terkadang juga untuk mengatasi rasa malu, ragu dan takut. Mereka mendorong batas-batasnya. Mereka melampaui apa yang diharapkannya. 

Ada quotes yang gue suka banget tentang motivasi, "Move and break every limitation" Karna gue percaya batas itu dibuat sama manusia. Tentunya batas-batas tertentu yaa, kaya "Ah gue mah gabisa ngomong di depan", "Ah gue mah gabisa main alat musik", "Ah gue mah gabisa ini" dan gabisa-gabisa lainnya. Dan semejak gue percaya sama quotes itu, gue mulai menghadapi batasan-batasan diri gue sendiri. Capek sih berusaha melewati batas diri kita, tapi kalo batas itu bener2 bisa dilewatin, rasa seneng nya itu bukan main. Dan kita bakal di upgrade ke level berikutnya, seru banget. 

5. Ide

6. Pengembangan Diri
"Anda selalu memaksa diri untuk menjadi hebat di setiap aspek yang Anda geluti. 
Anda tidak mampu menjadi hebat disetiap saat, tetapi Anda tidak pernah menyerah untuk melakukan yang terbaik dikesempatan berikutnya"
Susah Ruptash

7. Melayani
"Pelayanan sungguh merupakan kunci utama sebuah perusahaan - ide untuk bertindak dengan lebih baik sebagai pelayan, bersikap ramah, siap membantu dan memberikan pertolongan kepada pelanggan"
Issy Sharp, Pendiri jaringan hotel Four Seasons.

8. Tekun
"Satu ciri kesuksesan adalah daya tahan. Anda hanya perlu menjalani prosesnya, dan senantiasa tangguh. Jangan biarkan perjalanan Anda terhalang oleh tembok-tembok. Pelajari sesuatu dari penghalang-penghalang itu, dan jangan mau dikalahkan oleh mereka"
Steve Davis, CEO Corbis


Selanjutnya dari buku Achiever, ada bagian dari buku ini-dihalaman 182 tepatnya- membahas tentang kekuatan kata-kata. 

Banyak orang sudah terbiasa secara bawah sadar mengucapkan perkataan yang buruk, kotor dan negatif. Beberapa contoh kata yang sering orang ucapkan seperti: Parah, susah banget, mampus, hancur, payah, celaka, tidak ada waktu, capek banget, kacau, setengah mati, sialan, nggak ada harapan, saya udah gak punya apa2, saya ini cuman orang kecil dll. 

Kata-kata anda bisa memprogram apa yang kan terjadi. Kehidupan Anda mengikuti perkataan Anda. Kalau Anda ingin mengubah kehidupan Anda secara signifikan, mulai seleksi penggunaan kata2 Anda secara sadar, 

Untuk menjadi seorang Achiever, ada tiga kata yang Anda harus hindari untuk diucapkan, yaitu

1. Saya tidak bisa.
2. Tidak Mungkin.
3. Saya sudah tahu. 

Setiap orang pasti punya motivasi yang beda2. Ada salah satu cerita di buku "Bukan untuk Dibaca" yang menyentuh banget tentang motivasi seorang anak usia 7 tahun. 

Disebuah kota di California, tinggal seorang anak lelaki berusia tujuh tahun bernama Luke. Luke gemar bermain bisbol. ia bermain pada sebuah tim bisbol di kotanya bernama Little League/ Luka bukanlah seorang pemain hebat. Pada setiap pertandingan ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kursi cadangan. Tapi, ibunya selalu hadir di setiap pertandingan untuk bersorak dan memberikan semangat saat Luke dapat memukul bola maupun tidak. 

Pertandingan demi pertandingan, minggu demi minggu, Ibunya selalu datang dan bersorak-sorai untuk memberikan dukungan kepada Luke, meskipun ia bermain hanya untuk beberapa menit. Suatu hari Luke datang ke pertandingan seorang diri. 

"Pelatih," ujarnya, "Bisakah aku main dalam pertandingan ini? ini sangat penting bagiku aku mohon?"

Pelatih mempertimbangkan keinganan Luke. Luke masih kurang dapat bekerja sama antar pemain. Namun dalam pertandingan sebelumnya, Luke berhasil memukul bola dan mengayunkan tongkatnya searah dengan arah datangnya bola. Pelatih mengagumi kesabaran dan sportivitas Luke. luke tampak berlatih lebih keras dalam beberapa hari ini. 

"Tentu" jawabnya sambil mengangkat bahu, kemudian ditariknya topi merah Luke. "Kamu dapat bermain hari ini, sekarang lakukan pemanasan dahulu"

Hati Luke bergetar saat ia diperbolehkan untuk bermain. Ia berhasil melakukan home run dan mencetak dua single. ia pun berhasil menangkap bola yang melayang, sehingga membuat timnya berhasil memenangkan pertandingan. 

Tentu saja pelatih sangat kagum. Setelah pertandingan, pelatih menarik Luke ke pinggir. "Pertandingan yang sangat mengagumkan, Aku tidak pernah melihatmu bermain sebaik ini sebelumnya. Apa yang membuatmu jadi begini?"

"Pelatih, ayahku sudah lama meninggal dalam kecelakaan mobil. Ibuku sangat sedih. ia buta dan tak dapat berjalan dengan baik akibat kecelakaan itu. Minggu lalu, ibuku meninggal." Luke kembali menangis.

"Hari ini adalah pertama kalinya kedua orang tuaku dari surga datang pada pertandigan ini untuk bersama-sama melihatku bermain. Dan aku tentu saja tidak akan mengecewakan mereka..." 






Kamis, 13 Agustus 2015

Edit (part 2)

Sayang dibuang nihh belajar ngedit pake photoshop bareng temen, There's always a first time for everything right? ^^

@rulliyas

Rabu, 12 Agustus 2015

Sudut Pandang

SUDUT PANDANG
[Ditulis tanggal 11, Agustus 2015]

            Gue suka banget beli buku psikologi pengembangan diri, kalo dateng ke toko buku pasti rak yang pertama gue datengin rak yang isinya buku-buku pengembangan diri. Mungkin setahun terakhir? Gue kehilangan passion baca buku macem gitu lah. Gue udah coba beli dan maksain diri nongkrong di depan buku itu tapi hasilnya yaaa sama aja, gabisa.
            Nyaris 3 bulan ini semua hari buat gue adalah hari minggu, hari gaada kerjaan ato hari nyari kerjaan. Gue sampe pernah di bilang sama guru SMA gue kalo gue tu sekarang “pengacara” Pengangguran banyak acara. Hari ini gue putusin buat pergi nyalon dan makan sendiri, Hang out with myself. Udah lama gue nggak berlama-lama disatu tempat diluar kamar ya buat mikirin semua yang penting buat gue selama ini, apa yang udah gue raih, apa yang bisa gue lakuin lebih dari sebelumnya. Sambil nunggu creambath gue baca buku yang judulnya “ Achiever” yang di tulis sama Haryanto Kandani. Gue udah lama beli buku ini tapi baru tadi gue bener-bener serius bacanya.
            Baca buku pengembangan diri ternyata cocok banget di suasana gue yang seperti ini hahaha. Gue tentu ga mungkin ngejelasin semua masalah yang lagi gue alamin sekarang satu-satu. Setiap orang pasti pernah punya masa-masa yang berat kan?.
            Balik lagi ke buku “Achiever” haha... Gue baru baca beberapa puluh halaman didepan sih tapi anyway gaada salahnya buat berbagi. Gue sadar mungkin diri gue yang selama ini merasa cukup, merasa sudah mengerti haha, merasa pencapaian gue hebat. Selama ini gue orangnya selalu punya planning, dimanapun posisi gue, mau itu bawahan paling rendah sampe atasan paling atas. Setelah gue liat daftar keinginan gue bertahun2 kebelakang, banyak keinginan yang gue cuman “ingin” hal itu terjadi sama gue, tapi gue tau tahun2 waktu gue berharap itu terjadi gue ga ngelakuin apapun yang pantas di sebut sebagai bentuk perjuangan gue ngeraih cita2 itu.
            Makin dalem gue mikir, gue makin sadar gue masih punya banyak hal buat dirubah. Pencapaian gue ke belakang bukan buat gue jadiin tolak ukur, kegagalan gue dimasa yang lalu juga bukan buat gue jadiin penyesalan. Well, masa lalu itu ada dibelakang, kalo gue liat ke belakang terus siapa yang tau ada kesempatan lebih besar didepan dan gue ga liat itu.
            Gue nggak gagal, gue Cuma belajar cara yang salah. Ada salah satu penemu juga pernah bilang gitukan soal kegagalan dia sebelum akhirnya dia berhasil.
            Ada lebih banyak orang yang gagal seleksi SBMPTN dari pada yang keterima. Gue salah satunya yang ga lolos tahun ini (2015). Gue kira gue gaakan bisa ngatasin kesedihan ga lolos, tapi ternyata gue bisa sampe hari ini ngatasin kesedihan gue. Gue jadi lebih sering bilang ke diri gue sendiri kalo gue lagi sedih. “Gapapa kalo sedih, tapi lo masih punya lebih banyak kesempatan didepan”, “Gapapa Ran, Allah sayang banget sama Rana... gaada orang luar biasa yang lahir dari kehidupan yang biasa”, “Gapapa Ran, ini sementara.. semangat yooo semangat”... menghipnotis diri sendiri haha, but it works J .
            Gue sempet ragu apa harus posting terus ato nggak di blog ini, tapi gue balik lagi ke tujuan utama gue nulis blog. Gue gamau semua pemikiran gue cuma buat diri gue sendiri, gue gamau hilang dari dunia tanpa pernah nulis semua yang gue fikirin dan gue alamin.
            Satu-satunya yang bisa gue lakuin sekarang berusaha sampe akhir lewat usaha dan doa. Berhenti membuat banyak alesan, mulai merubah sudut pandang gue. Gue juga berharap semua org yang lagi dlm kesulitan bisa mulai merubah sudut pandang. Mungkin “sudut pandang” kata2 yang gampang di tulis, diketik, dibaca. Tapi susah buat merubah sudut pandang. Gue juga masih harus banyak belajar, hari kedepan masih panjang dan mungkin masih ada kejadian2 yang bakal gue alamin . Gue pernah baca, Ridwan kamil bilang indah atau nggaknya hari2 kita itu berasal dari sudut pandang kita. Anyway, gue seneng bisa dapet Healing Time hari ini. Gue penasaran hari2 gue kedepan bakal kaya gimana setelah gue merubah cara pandang gue hari ini.

“pencapaian Anda yang sesungguhnya dimulai pada batas akhir zona nyaman Anda”
- Haryanto Kandani


12 Agustus 2015

Alhamdulillah dijawab cepet sama Allah, seneng banget hari ini dapet pengumuman lulus ujian Mandiri Politeknik Negeri Jakarta. Lolos prodi pilihan pertama juga ^^ seneng banget rasanya yang udh diusahain 3 bulan terakhir terbayar juga. Walaupun pengumumannya dibukain sama temen, tapi ga mengurangi rasa seneng sama sekali. Bismillah... ini awal dari perjanalanan yang panjang. 
Tes mandiri PNJ itu tes paling putus asa yang pernah gue jalanin, bener2 pasrah, gue istigfar terus dari nomor 1 sampe 100 pas ngerjain soal PNJ soalnya gue gamau berharap banyak setelah berkali2 ga lulus. PNJ satu2nya tes yang gue baca Almatsurat sebelum mulai tes, Subhanallah banget luar biasa deh. Gue nyaris gaikut tes PNJ karna pengen nyerah sama impian gue dan daftar swasta aja. Gue gabilang negeri lebih bagus ye, ini kan impian gue aja. 
Gue tau beratnya berjuang, gue tau beratnya nerima kenyataan ga lolos. PNJ Percobaan gue yang ke-7 dan bener2 final banget kalo ga lolos gue ronin. Gue respect banget sama yang masih berjuang sampe tahun depan buat ngejar PTN idamannya. Hebat kalian keren banget parah, semoga sukses bareng yaa..
Buat Ade kelas yang lulusan 2016, 2017 dst kedepan yang kebetulan mampir di blog gue.Jangan pernah nyerah buat ngejar impian kalian, kalo kalian udah berusaha dan ttep ga lulus2. Percaya kalo Tuhan lebih tau yang terbaik buat kalian. emang waktu dikasih rezeki terbaiknya bisa jadi cepet bisa jadi lama, tapi bener2 terbayarkan banget. Kalian bakal ngerasain momen2 hebat dihidup kalian. gue inget banget ada temen gue yang bilang gini waktu gue cerita ke dia gue ga lolos SNMPTN dan mo jd pejuang SBM sama UM, dia sekarang anak ITB.. dia bilang "Lo bakal dapetin pengalaman yang luar biasa ran". And guess what? i did. Pertama kalinya nangis bahagia yang bikin lo nyengir dari sabang sampe merauke. Gue sadar, kita harus naro impian bener2 5cm di depan jidat. Fookus.. fokusss..doaaa.. pasraaah sama keputusan pemilik Alam Semesta dan seisinya, jangan nyerah sampe kegagalan yang nyerah sama lo. 
Detik pertama gue ngeliat ini, semua rasa kecewa dan sedih gue bener2 diangkat sepenuhnya sama Allah, diganti rasa harus bertanggung jawab atas kepercayaan dan kasih sayang Allah sama kita. Semangat ya semuanya!! :)





Pengumuman Ujian Mandiri PNJ

Setelah kegalauan yang panjang, ga lulus 6 kali.... Alhamdulillah... :) emang udah rencana Allah


Senin, 10 Agustus 2015

Favorite Song: It's Okay - BTOB (lyric)

(ENG)
Are your shoulders heavy?
It’s not easy to put down heavy baggage
Someone said that when feel your dreams are getting far away
You should take a break
Are you struggling because of the same things every day?
Who is that for?
In the end, you’ll fall down anyway
When you’re struggling and feel alone
Listen to this song
Look forward to this melody you liked
The voice that will flow out of the radio
The only thing I can do
Is to sing the lyrics of this song
Even if things are hard
It’s ok, it’s ok, it’s ok
Everything will be ok
I believe in you
It’s been three years
No one wants me
I wonder if I should go to the army
I told my parents and they said one thing, they sighed
So I couldn’t tell them
That I got fired from my one part-time job
Well, yesterday my friend who’s about to get discharged
Came out for vacation
He said that it’s scary
That he forgot everything he learned in college
There are a million unemployed people
I don’t really know much about that
But I just wish that number was in my bank account
The loud alarm keeps rushing me starting from dawn
I go out my house like I’m being chased
It’s like standing at the edge of a cliff
What am I doing?
No what should I be doing?
It’s an answerless echo
Why do I get kicked around outside
And vent my anger at harsh places?
I’m a small paper boat
Lost during voyage without coordinates
I force down my tears
Sighing becomes a habit
I know that I’m being a fool
But I pretend I’m ok in front of others
Where did the bright past go?
Look forward to this melody you liked
The voice that will flow out of the radio
The only thing I can do
Is to sing the lyrics of this song
Even if things are hard
It’s ok, it’s ok, it’s ok
Everything will be ok
I believe in you
My loving family
My friends who are my family
It’s been so long since I’ve seen them
We always say, let’s grab a bite to eat
It wouldn’t be bad if I got some free time for once
Then I wouldn’t be so lonely right now
This song is almost over
But there’s still a lot I haven’t said
Everyone probably feels the same
Look forward to this melody you liked
The voice that will flow out of the radio
The only thing I can do
Is to sing the lyrics of this song
Even if things are hard
It’s ok, it’s ok, it’s ok
Everything will be ok
I believe in you
(ROM)

[Sungjae] Yeah, yeah~ Oh~
[Sungjae] Eokkaega mugeomnayo
Mugeoun jimeul naeryeonokiga cham swipjin anchyo
[Hyunsik] Nugunga malhaetjyo nae kkumi meolgeman
Neukkyeojil ttaen jamsi swida gaseyo


[Changsub] Maeil gateun ilsange himdeungayo
Geugeon nugureul wihan geojyo
Gyeolguk tto sseureojil tende
[Hyunsik] Himdeureo honjara neukkyeojil ttae
[Eunkwang/Hyunsik] I norael deureobwayo


[Changsub] Gidaehae jeulgyeo deutdeon geu mellodi ([Hyunsik] Woo woo)
Radioe heulleonaol geu moksori Oh
[Sungjae] Naega hal su inneun geon norae gasappunijyo
Himdeureodo [Eunkwang] gwaenchanha gwaenchanha gwaenchanha
[Eunkwang] Jaldoel geoyeyo I believe in you


[Ilhoon] Samnyeonjjaeji eoneu gotdo nal wonhaji anneun salmi
Ije gundaerado gaya hana sipeoseo
Bumonimkke malsseumdeuryeotdeoni
Ttak hanmadi haesseo eohyu
Geuraeseo mal mothaetji hadeon albado jallyeotdago
Well, eojeneun jedae jikjeonin chinguga hyuga nawasseo
Haneun mari museopdae
Daehakseo baeun geon da kkameogeosseo
Sireopja baekman sidae geureon geon jal moreugetgo
Geu sutjaga charari tongjang jangoyeosseum jokesseo


[Minhyuk] Sikkeureoun allami saebyeokbuteo nal gyesok jaechokhae
Jjotgideut naseon jip bakkeun teum eomneun byeorang kkeut gata
Mwol hago itji ani mwol haeya haji
Dabi eomneun meari nan wae bakkeseo
Chiigo eomhan goseda hwapurihae
Jwapyo eomneun hanghae wi banghwanghaneun jageun jongibae
Eokjiro nunmureul samkyeo eoneusae hansumeun seupgwani dwae
Ara nado babo gateun geo nam apeseon gwaenchanheun cheok
Ti eopsi haemalkdeon yejeonui neon jigeum eodinni


[Sungjae] Gidaehae jeulgyeo deutdeon geu mellodi ([Hyunsik] Woo woo)
Radioe heulleonaol geu moksori Oh
[Eunkwang] Naega hal su inneun geon norae gasappunijyo
Himdeureodo [Changsub] gwaenchanha gwaenchanha gwaenchanha
[Changsub] Jal doel geoyeyo I believe in you


[Peniel] Saranghaneun gajokdeul gajok gateun chingudeul
Eolgul mot bon jiga bap hanbeon meokja han dwiro ([Changsub] I believe in you)
Han beonjjeum yeoyureul gajyeodo nappeujin anheul tende
Jigeum naega oeropjin anheul tende
[Hyunsik] Noraen da kkeutnagajiman ajik da mothan mari manha
[Eunkwang] Moduga [Eunkwang/Changsub] nawa gateun mamigetjyo oh~


[Sungjae/All] Gidaehae jeulgyeo deutdeon geu mellodi (mellodi mellodi)
[Sungjae/All] Radioe heulleonaol geu moksori Oh
[Hyunsik] Naega hal su inneun geon norae gasappunijyo
Himdeureodo [Eunkwang] gwaenchanha gwaenchanha gwaenchanha
[Eunkwang] Jal doel geoyeyo I believe in you

x

Favorite Song: Always - Huh Gak (lyric)

Nol saranghae sigani heullodo
Nol saranghae sesangi byonhedo
Nan onjena nae gyoteul jikyojuneun nega
Issoso cham dahaengiya
Gomawo

Achime nuneul tteumyon neul ne senggage na
Hwanhanmisoro sijakhago
Jichinharu kkeuteso tto ne senggage nan
Nuguboda do nan hengbokhan saram
Ije seulpeuji ana dasin uljido ana
Nae modeun gol da bacyoso

Nol saranghae sigani heullodo
Nol saranghae sesangi byonhedo
Nan onjena nae gyoteul jikyojuneun nega
Issoso cham dahaengiya
Gomawo

Nega nunmul heullyodo momcwojul sun opjiman
Noye gyoteso hamkke urojulkke
Ije apeuji malja
Dasin uljido malja
Nae modeun gol da bachyoso

Nol saranghae sigani heullodo
Nol saranghae sesangi byonhedo
Nan onjena nae gyoteul jikyojuneun nega
Issoso cham dahaengiya
Gomawo

Chon boneul nomojyodo
Ttodasi sseurojyodo
Dasi ironalgoya
Bibaram morachyodo
Odumi neryodo nol jikyojulkke

No ttemune harureul saraga
No ttemune nae simjangeun ttwio
Jo haneure soricyo saranghal han saram
Sesange no ppunirago
Saranghae

Edit ^^

Setelah sekian lama pengen belajar ngedit-ngedit akhirnya bisa ngedit juga walapun edisi amatir haha... ini gaada hubungannya sama Short Story yang biasa gue post ya, cuma pengen aja nge desainnya kaya gini. Kalo ada kesempatan belajar dari orang,gue pengen banget belajar ngedit yang lebih bagus T-T Anyway, here we go~


[Short Story] Words I Want to Say: Part 6

Aku selalu menyukai pantai, garis horizon lautan yang membiru dilengkapi pemandangan sinar mentari sore yang memantul-mantul di atas riak permukaan air laut. Aku berjalan tanpa alas kaki, merasakan butiran pasir pantai lembut diantara jemari kakiku. Sesekali ku pandangi turis-turis yang berjalan berdampingan di pesisir pantai dengan jagung bakar ditangan mereka.

Aku berlari kecil menenteng sandalku, merasakan desiran angin menerpa wajahku. Sesekali aku menoleh ke belakang melihat angga berjalan kearahku sembari tersenyum lebar, matanya yang hitam dan berkilat menyorot ke arah laut lepas.

"Gue selalu ngebayangin hari ini bisa kejadian lagi Far" Ia tersenyum tipis memandangi jemari kakinya yang ia benamkan diantara pasir pantai

"Gue juga udah lama nggak ke Pantai, semejak lo pergi gitu aja, gue rasanya gabisa dateng ke Pantai lagi" Angga tertawa kecil sembari duduk diatas pasir, duduk menghadap lautan yang seolah tidak berujung. Aku duduk disampingnya, menghela nafas. "Kabar ibu lu gimana Far?"

"Ibu sehat, nanti kalo sempet lo harus ketemu ibu gua ya"

"Sempetlah, kenapa nggak sempet?"

"Yaaa...ngga apa-apa" Angga kembali tersenyum tipis menatapku

"Udah berapa lama lo sakit parah?" Anga terkesiap sejenak, lalu ia kembali mengendalikan dirinya

"Gue ga nyangka lo bakal bahas soal itu"

"Lo pengen gue nemenin lo sampe akhirkan? gue berhak tau dong lo sakit apa?"

"Lo gaperlu tau Far, gue lebih nyaman kalo lo gatau"

Aku menatap Angga cukup lama, mengingat-ngingat bayangan dirinya saat aku terakhir melihat dia. Kemarin angga memang menggunakan rambut palsu, tapi rambut aslinya yang hitam tidak benar-benar hilang, hanya menipis. Wajahnya yang dulu terlihat berisi sekarang terlihat lebih tirus, kantung matanya pun semakin menghitam dan kulitnya memucat. Tapi senyuman di wajahnya masih tertap sama, saat ia tersenyum aku bisa melihat ujung matanya terangkat dan gigi-giginya yang putih bersih terlihat jelas. Angga tertawa kecil membalas tatapanku.

"Lo tau kenapa manusia bisa bedaan manis sama pait Far?"

"Manusia tau rasa manis karna pernah ngerasain sesuatu yang pahit, tau rasa pahit karna pernah ngerasain sesuatu yang manis, bener nggak" ku benamkan jariku diatas pasir dan mulai ku gambar jalur-jalur diatas pasir itu

"Bener, 6 tahun terakhir gue ngerasain itu Far. Lo gak nanya kenapa gue tiba-tiba muncul didepan rumah lo?"

"Gue yakin lo bakal cerita juga akhirnya, kenapa gue harus nanya?" Aku tersenyum pada Angga yang terus menatap kearah laut

"Gue sering dateng kesini 6 tahun terakhir Far, cuaca panas, hujan sekalipun gue selalu dateng kesini, tempat kita pernah ngabisin masa kecil bareng"

"Lo kesini?"

"Gue kira ilang dari hiduplu bakal bikin gue bahagia, tapi setiap hari gue cuma ngerasain kesedihan Far, gue sedih pas lo gagal masuk universitas yang lo mau setaun yang lalu dan gue cuma bisa ngeliat lo dari jauh, gue sedih pas nonton berita bokap lu kena masalah di Kantor, gue juga tau nyokap lu bangkrut"

"Ahh.. jadi selama ini lo merhatiin gue, jadi cuma gue yang gatau? Rama tau kan?" aku bisa merasakan kekecewaan menggerogoti hatiku perlahan. Angga hanya menatapku sekilas.

"gitulah kira-kira Far, sampe awal taun ini gue tau gue sakit parah" Angga tersenyum menggenggam pasir di telapak tangannya.

"Di hari gue dateng ke rumah lo Far, gue lagi ngerasain sakit yang bener-bener hebat, rasanya gue bakal mati hari itu juga. Tapi gue selamat setelah sampe di Rumah sakit, sebelum gue gak sadar gue inget semua kenangan masa kecil sama lo, semua yang gak semepet gue sampein ke elo, semua kesalahan yang gue salahin ke elo 6 tahun terakhir" Aku menunduk mendengarkan Angga yang mulai membuka dirinya padaku.

"Ada kata-kata yang harus gue sampein ke elo Far, ada sesuatu yang harus lo tau tentang gue sebelum gue bener-bener gabisa ngomong lagi"

"Kata-kata apa?"

"Gue belom bisa ngomong sekarang, gue masih ragu Far"

"Lucu ya lo, lo yang gue cari abis-abisan 6 tahun terakhir tiba-tiba muncul, minta gue nemenin lo sampe akhir yang gue gatau, sekarang lo bilang lo pengen ngomong sesuatu yang lo sendiri ragu sama omongan lo" Aku mengakui saat ini rasanya aku penuh dengan kekecewaan, aku bangkit menepuk-nepuk bajuku dan berjalan menjauh dari Angga. Angga berdiri dan mengejar langkah ku.

"Apa?" Aku berkata saat dia tepat di sampingku.

"Lo gamau ketemu ibu gue?" Aku menatap Angga dengan ragu,

"Ibu lo dimana?"

Bus yang kami naiki terus berjalan, aku sesekali menatap Angga yang tidak kunjung turun saat kami sampai di pemberhentian bus berkali-kali. Akhirnya di pemberhentian bus yang sepi kami turun, aku melihat gedung putih tua dari jauh. Ilalang tumbuh lebat di sekitar gedung putih itu. Angga terus berjalan didepan dan aku sibuk memperhatikan sekeliling. Lingkungan ini asing bagi ku, mungkin aku tidak pernah melewati tempat ini sebelumnya.

Kami memasuki gedung itu, aku melihat beberapa pria tua menyapa Angga yang tersenyum hangat pada mereka. Pria-pria itu menggunakan jas panjang putih, dokter?. Angga memberikan tanda padaku untuk mendekat, mengintip sebuah kaca panjang yang mengkilap. Aku melihat seorang perempuan lanjut usia duduk dilantai dengan rambut acak-acakan, kulitnya terlihat kusam dan matanya nanar menatap kesekeliling, Aku terkesiap saat sadar wanita itu memakai kaos putih yang lengannya saling terikat di belakang. Wanita itu berteriak lalu menangis, beberapa saat kemudian ia tertawa sambil berguling di lantai, aku berusaha memfokuskan mataku ke arah wajah wanita itu. Aku menoleh ke Angga yang sedari tadi memandangiku.

"Angga, itu kan... ibu lo?"



Minggu, 09 Agustus 2015

[Short Story] Words I Want to Say : Part 5

Aku menatap jalan setapak dihadapanku sembari berayun diayunan kuning. Aku merasa kebingungan dan hilang arah, bertahun-tahun aku berusaha mencari Angga. Kemarin Angga datang padaku, melihatnya lagi membuat aku merasa senang. 6 tahun terakhir merupakan tahun-tahun berat untukku dan keluargaku.

Ayahku memang sering kali menghina keluarga Angga, ayahku tidak ingin melihatku bersahabat dengan Angga. Aku tidak pernah tau tentang hubungan gelap antara Tante dengan ayah Angga, yang ku tau mereka hanya sebatas rekan kantor. Sampai hari dimana Angga menghilang, Ibu menjelaskan padaku bahwa Ayah Angga adalah cinta pertama Tanteku. Ayah dan ibu Angga menikah karena di jodohkan. Rumit, belakangan aku tau bahwa selama ini Angga sudah mengetahui permasalahan itu. 6 tahun yang lalu meski sulit baginya menerima apa yang dilakukan ayahnya, dia tetap datang untuk bermain denganku. Karena itu lah akhirnya aku selalu merasa bersalah setiap kali mengingat Angga. Saat itu kami baru berumur 12 tahun, ia harus menahan kesedihan yang semestinya tidak ia rasakan.

Setelah Angga dan ibunya menghilang, ayahku tersandung kasus penyalahgunaan kekuasaan, ia bekerja sebagai pejabat tinggi di kantornya. Usaha ibuku gulung tikar dan semua hal buruk terjadi pada kami. Dua tahun terakhir keadaan semakin membaik, ayahku kembali bekerja meskipun tidak mendapatkan posisi setinggi dulu. Ibuku memutuskan untuk tetap di rumah. Ibuku bersikap sangat buruk pada ibu Angga, kini ibu sangat menyesali perbuatannya. Aku selalu melihat ibu melihat keluar jendela rumah sesekali dengan sorot mata penuh kesedihan.

“Farah, andai bisa ibu putar waktu.. ibu pasti akan minta maaf pada Angga dan ibunya... tidak seharusnya ibu membela tantemu Farah” Ibu akan terisak setiap kali kami membahas Angga dan keluarganya.

Ayahku tidak jauh berbeda, setelah kehilangan posisi yang ia banggakan itu ayahku terpuruk. Ia menyadari tidak ada yang bisa dibanggakan dari manusia di hadapan Tuhannya. Aku selalu melihatnya menundukkan kepala penuh penyesalan setiap ia sedang berdoa. Aku berharap bisa menghiburnya, tapi aku tau itu tidak ada artinya. Ayahku tau benar kesalahannya, jika ia salah maka aku tidak mungkin berkata bahwa perbuatannya benar.

Aku terkejut saat seseorang melempar jaket ke arahku. Angga tertawa kecil melihatku terkejut, ia duduk di ayunan kuning di sampingku. Anak lelaki yang sudah beranjak dewasa itu menggunakan celana training hitam, kaos putih panjang dan topi hitam. Ia mulai berayun sembari menghela nafas dalam.

“Farah..”
“Hmmm?”
“Gue pengen banget ke pantai, lu mo ikut nggak?” 

[Short Story] Words I Want to Say: Part 4

Jika ada satu hari yang ku alami 6 tahun terakhir tanpa membayangkan hari ini akan terjadi, maka sudah pasti aku berbohong. Angga tersenyum tipis menatapku, aku bisa melihat seberkas rasa ragu dari sorot matanya. Ku tarik tangan itu dengan lembut, tersenyum pada lelaki yang paling aku rindukan.

"Apa kabar Far?"

"Ga pernah lebih baik dari hari ini, Angga" senyum kembali terkembang di bibirnya yang pucat, saat aku sadar air mata mulai mengalir dari sudut matanya.

"Angga lo sehatkan?" Ia tersenyum lagi sembari terburu-buru mengusap matanya yang memerah, aku sangat senang dengan kehadirannya sampai aku tidak bisa menangis. Kehadirannya terlalu mengejutkan bagiku.

"Orang tua lu ada di rumah Far?"

"Ah iya, bisa nggak kita ngobrol ditempat lain? kayanya orang tua gue belom siap buat ketemu lo. Lagian ujannya juga udah reda, kita kerumah Rama aja minjem baju dulu, lo bener-bener basah kuyup" Aku menatap Angga dengan penuh kekhawatiran, tubuhnya yang semakin kurus dan bibirnya mulai terlihat membiru.

"oke.." Angga mengangguk setuju, aku terburu-buru menggunakan sendal dan membawa dua jaket di lenganku. Jaket hitamku yang kebesaran ku sampirkan di pundak Angga, ia hanya berbalik sembari tersenyum padaku. Aku memakai jaket ku tergopoh-gopoh sambil berjalan cepat, Angga menyadari itu dan akhirnya ia berhenti menungguku selesai memakai jaket.

Langit mulai kembali cerah, sementara jalanan, daun, bangku-bangku taman dan halaman-halaman rumah yang disapu bersih pagi harinya terlihat basah. Sesekali aku menginjak air yang tergenang sembari bersenandung dan mencuri pandanganku kearah Angga. Angga hanya berjalan dengan tangan dimasukkan ke kantong jaketku. sesekali ia menghela nafas dalam. Tidak ku sadari, kami sudah tiba didepan rumah Rama.

"Ram!! Rama!! Ram!!" Aku memencet bel rumahnya berkali-kali, Rama keluar menggunakan training hitam dengan rambut yang acak-acakan seperti habis bangun tidur. Ia berhenti beberapa saat ketika melihat lelaki disampingku, setelah tersadar ia buru-buru berlari membuka pagar Rumahnya.

"Hai Ram"

"Ngapain lo? bukannya hari lo ada-" Aku terkejut saat Angga refleks menutup mulut Rama, seolah mengerti maksud Angga, Rama melepaskan tangan Angga dari mulutnya dan mulai merangkul Angga sembari berjalan ke dalam Rumahnya.

Aku menunggu Angga di Ruang Tamu, aku sangat gugup sampai tak tau apa yang sedang ku tonton saat itu. Aku hanya menatap televisi namun pikiranku melayang kemana-mana. Aku mendengar suara pintu kamar Rama dibuka, Angga keluar dengan training hitam dan kaos merah. Meski masih terlihat pucat Angga terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia duduk tepat disampingku, aku mengernyit sekilas menyadari rambutnya yang tidak basah dan terlihat berbeda.

"Gue tau lo heran Far, gue bakal jelasin semuanya ke elo" Angga tersenyum menatapku dalam-dalam, aku hanya mengangguk dan melempar pandanganku ke luar Rumah.

"Kalo lo penasaran....Orang tua gue nggak cerai Far, beberapa tahun setelah ayah gue dan tante lo kabur, ayah gue balik dan mohon ampun sama ibu" Angga menyeruput teh panasnya sebelum ia letakkan kembali gelas itu diatas meja marmer hadapanku.

"Gue bener-bener gatau harus bilang apa, sampe hari ini nyokap masih ngerasa bersalah"

"Gue benci sama keluarga lo Far, lo tau kan?" Angga tersenyum pahit sembari bersandar di sofa dan memejamkan matanya

"Gue tau, itu sebabnya lu pergi gitu ajakan? 6 tahun yang lalu"

"Gue harus ngeliat ibu menderita bertahun-tahun karna ayah gue punya perempuan simpanan, itu tante lo. Gue harus nahan hinaan Ayah lo tentang keluarga gue yang ga sekaya dan seberkuasa keluarga lo setiap gue dateng ke rumah lo. gue Far, gue yang nahan ayah gue pergi dari rumah cuma buat ngejar selingkuhannya, gue benci sama diri gue yang harus nahan semua perasaan benci gue karna lo"

Mendengar kenyataan itu dari mulut Angga sendiri membuat hatiku terasa lebih sakit, pandanganku mulai buram dan aku berusaha menahan kesedihan yang mulai tidak terbendung. Jika kehadiran Angga hari ini hanya untuk mengingatkanku betapa kejamnya perlakuan keluargaku padanya , aku berharap ia tidak pernah datang. Lebih baik ia membenciku seumur hidupnya, melupakan semua janji masa kecil kami yang tidak masuk akal. Bukankah itu lebih baik dari pada kami harus saling menyakiti seperti ini.

Aku mulai meneteskan air mataku, aku benar-benar menyesali perbuatan buruk keluargaku pada keluarga Angga. Seandainya-

"Gue selalu berusaha ngelupain lo 6 tahun terakhir, ngelupain persahabatan kita, ngelupain semuanya... semakin keras gue berusaha Far, semakin gaada gunanya. Gue gabisa benci sama lo Far"

"Angga.."

"Far, hidup gue ga lama lagi... gue gamau ngabisin sisa hidup gue dengan berusaha membenci orang yang ga pantes gue benci"

"Lo- lo kenapa sih Angga? Lo sakit? lo ngomong apa?"

"Sebulan Far, tinggal sebulan Far..." Angga menarik rambutnya saat aku sadar rambut itu bukan milik Angga, aku mengusap kepala Angga tanpa rambut palsunya dengan air mata tak berhenti menetes dari pelupuk mataku. Aku terisak sembari meremas kaos merah Angga dengan kedua telapak tanganku, Angga terdiam melihatku terisak dihadapannya.

"Lo bakal nemenin gue sampe akhirkan?"

Aku mengangguk kuat sembari berusaha tersenyum, Angga tersenyum padaku. Entah mengapa, senyuman yang biasa membuatku bahagia hari itu menjadi senyuman yang paling membuatku merasa benar-benar dirundung kesedihan yang mendalam.



[Short Story] Words I Want to Say : Part 3

Aku diantar pulang Rama dihari kami berayun bersama di ayunan kuning itu, Rama tidak menanggapi jawabanku. Ia berusaha mengalihkan pembicaraan, dan aku pun tidak memaksanya untuk membahas keberadaan Angga.

Hari itu hujan turun dengan deras, membasahi dedaunan di halaman rumahku. Aku menatap ibuku yang duduk di kursi goyangnya sembari menjahit baju dengan jemarinya yang gemetar. Aku bersimpuh di hadapan ibuku dan menggenggam tangan beliau yang mulai keriput dan kasar.
Ayahku duduk bersila diatas karpet sembari menontoh televisi, ia meneguk kopi hitamnya sesekali sembari berpindah-pindah saluran.

Aku bangkit, berjalan menuju loteng rumah yang selalu ku jaga. Aku meraba dinding kayu sepanjang satu sisi loteng rumahku. Coretan dan ukiran itu masih ada diselimuti debu tipis, aku mengusap tulisan-tulisan acak di dinding kayu itu sembari tersenyum. Di tengah ruangan berlangit-langit rendah itu aku menyibak karpet yang menghalangi lubang rahasiaku dan Angga. Sejak Angga menghilang, aku tidak pernah berani membuka lubang itu lagi.

Aku memutuskan untuk melupakan Angga dan membiarkan diriku terseret dengan kenangan kami untuk hari ini saja. Lubang itu ditutupi karpet tua, saat aku mengangkat penutup lubang itu, aku bisa melihat botol kaca besar yang ujung nya disumbat kayu masih tergeletak didalam lubang rahasia kami. Disamping botol itu aku melihat kotak coklat yang berpita masih diposisi yang sama seperti saat kami meninggalkannya disini.

Aku membuka pita itu dan melihat isi kotaknya, aku dan Angga sering berfoto bersama dan kami mencetak foto itu suatu hari. Beberapa foto aku simpan di kotak ini dan beberapa foto disimpan Angga entah dimana. Aku melihat sebuah rubik didalam kotak itu, Angga sangat menyukai permainan rubik saat kami menginjak usia 11 tahun. Karena itu dia punya banyak sekali rubik di kamarnya, dan ia memberikan satu rubik kesayangannya padaku. Aku pernah berjanji akan menyelesaikan rubik itu, dan Angga pun berjanji akan tetap ada disampingku hingga aku menyelesaikan rubik itu. Tapi kami tidak pernah menepati janji itu, hingga Angga pergi aku tidak pernah menyelesaikan rubik ini. Dan Angga tidak mendampingiku hingga aku berhasil menyelesaikannya.

Rasa penasaran mulai mencuat dalam benakku, aku mengambil smartphone dari kantong bajuku dan mulai mencari cara menyelesaikan rubik.

"waaah.. akhirnya selesai juga" Aku tersenyum sembari memainkan rubik itu ditelapak tanganku. Setelah kesulitan mencari video tutorial yang tepat, akhirnya aku berhasil menyelesaikan rubik itu.

Hujan semakin deras, aku memutuskan untuk turun ke kamarku dan melanjutkan nostalgia dengan botol kaca dan kotak coklat di kamar. Saat itu terdengar suara bel beberapa kali dengan tidak sabar berbunyi.

"Sebentar!!" aku gelapan berlari kedepan pintu sembari masih membawa peralatan dari loteng.
"Ahh Ram lo kan tau kode Rumah gue kenapa-" Aku mundur beberapa langkah saat menyadari siapa yang berdiri di hadapanku.

Lelaki itu masih memiliki garis rahang yang sama seperti terakhir aku berjumpa dengannya, Alisnya masih tebal dan matanya masih berkilat. Ia basah kuyup, ia terlihat semakin kurus. Aku melihat lengannya yang gemetar kedinginan, lengan itu terangkat aku terdiam saat merasakan telapak tangannya menyentuh dan mengusap lembut kepalaku.

"Farah, lo bisa nyelesain rubik gue?"

Ah iya, aku masih memegang rubik ditangan kananku

[Short Story] Words I Want to Say : Part 2

Jika saja aku tau menyimpan perasaan ini membuatku terluka dikemudian hari, apa aku bisa merubah masa lalu ku dan berharap aku tidak pernah menyukai dia. Jika saja aku tau, selama 6 tahun kedepan sejak aku mulai menyukainya, dia tidak akan pernah muncul dihadapanku lagi. Mungkinkah aku akan menghindari pertemuan dengan dia hari itu.

....

"Angga, namaku Angga" Aku terdiam menatap bocah laki-laki dihadapanku, rambutnya yang mengkilap disisir menyamping. Ia memakai celana hitam dengan atasan kaos merah marun lengan pendek. Alisnya tebal dan matanya hitam berkilat, saat ia tersenyum terlihat gigi-gigi putihnya yang kurang lengkap. Aku masih terisak, meremas-remas ujung bajuku dengan gugup. 

"Aku... Aku Farah"

"Uwah, kamu bisa bicara juga ya" Angga kembali tersenyum, lalu mengusap kepalaku dengan lembut "Ibuku selalu melakukan ini saat aku sedang sedih" Aku mengangkat wajahku, menatap bocah polos berusia 8 tahun di hadapanku yang terus tersenyum. Saat ia akan menarik tangannya, aku refleks memegang tangannya agar tetap mengusap kepalaku.

"loh? kamu masih sedih Farah?" Aku terdiam menatap Angga dengan wajah memelas, anak itu tersenyum tipis sembari mengusap-usap kepalaku lagi. 

.....

Saat tersadar dari lamunanku, aku sudah berdiri didepan taman tempat kami berjumpa. Di Taman itu aku mengenal Angga pertama kali, saat keluargaku memutuskan untuk pindah ke kota. 

Tidak ada yang berbeda, bangku kayu panjang yang sudah berumur. Dua ayunan bercat kuning yang bergoyang tertiup angin. Dedaunan yang berserakan di tanah, dan beberapa bunga yang berjatuhan. Aku menarik nafas dalam, berjalan menuju arah ayunan kuning dan duduk diatasnya. Ayunan kuning ini menghadap tepat kearah jalan setapak, jalan dimana aku dan Angga biasa bermain bersama. 

Aku melihat Rama berlari kecil dari kejauhan, dahinya berkilat karena keringat. Ia terengah saat sampai dihadapanku, memegang dadanya yang turun naik tak karuan. Buru-buru ku keluarkan air mineral dari tasku, lalu ku lempar botol itu ke arah Rama. Ia menenggak habis isi botol minum ku, setelah nafasnya mulai teratur ia duduk di ayunan kuning disampingku. 

"Angga lagi Far?" Rama menghela nafas dalam sembari berayung pelan, aku menatap jemari-jemariku yang saling terpaut sejenak.

"Iya... kaya yang lo bilang, Angga lagi"

"Ada aja cewek bodoh kaya lo ya" Rama tertawa kecil sembari berayun lebih kencang, aku tau Rama selalu menjadi Rama, lelaki yang terus terang tentang apapun dan tentang siapapun.

"Gue gaakan bela diri gue soal itu, gue emang bodoh Ram... gue tau Angga gaakan pernah maafin gue" Rama terdiam, ayunannya melambat.

"Gue ga ngerti jalan pikiran lo lagi Far... berapa kali dalam setahun gue harus ngejelasin itu bukan salah lo"

"Sabar ya Ram haha, mungkin gue gaakan pernah berhenti nanya ini sama lo"

"Gue tau, enam tahun terakhir gue sabarkan ngadepin cewek lebay kaya lo?"

"haha, oke oke gue akuin lu emang sabar" Aku menatap Rama yang melempar pandangannya jauh.

"Far.... kalo gue bilang gue tau dimana Angga, lo bakal ngapain?"

Aku tercekat, menatap Rama yang tetap tidak berani menatap mataku. Untuk beberapa saat kami sama-sama terdiam menikmati hembusan angin, suara daun yang bergesekan, tukang dagang yang hilir mudik dan suara burung-burung yang berkicau. Sementara aku terus mencari jawaban dari pertanyaan Rama, lelaki itu hanya diam sembari mengayung ayunannya perlahan. Merasakan desiran angin disetiap helai rambut hitamnya sembari memejamkan mata.

"Ram, gue gaakan nyari Angga walaupun gue tau dia dimana"



[Short Story] Words I Want to Say : Part 1

         Bagaimanapun aku mencoba mengalihkan pandanganku darimu, aku selalu berakhir memandangimu. Saat kau tersenyum di hari tersulitmu, aku ingin berada disampingmu dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja. Melihatmu tersenyum dari kejauhan, membuat hatiku terasa penuh dengan rasa bahagia. Kini 6 tahun telah terlewati tanpa hadirmu, tanpa kesempatan memandang senyumanmu lagi. Aku membenci diriku yang tak pernah bisa menggantikanmu sebanyak apapun aku mencoba.

            Hanya cinta padamu yang membuatku menahan keinginan didalam diriku. Aku ingin mengatakan padamu aku menyukaimu, aku ingin berada disisimu saat kau kesulitan. Aku ingin kau tau aku sangat menganggumimu.

            Saat kita berpisah 6 tahun lalu, tanpa ada kata perpisahan. Kau menghilang dari pandanganku dan aku memutuskan untuk melupakanmu. Melupakan cinta gadis kecil pada seorang anak laki-laki yang gemar tersenyum di hari tersulitnya. Berpapasan denganmu di koridor, menyebut namamu, menggetarkanku dengan begitu hebatnya. Tapi aku berusaha menahannya, aku ingin menjaga kesucian cinta ini padamu hingga akhir. Bukan cinta karna nafsu,atau karena aku hanya ingin memilikimu. Aku ingin menjadikan cinta ini rahasia antara aku dan Tuhan, sedalam apa aku mencintaimu.

            Hari ini dibulan Agustus adalah hari pertamaku sebagai mahasiswi di Kampus baruku, bersama dengan teman-teman baru yang wajahnya masih asing bagiku. Menyusuri jalan setapak berdaun kering yang sesekali terinjak saat kami berjalan. Memandang gedung Kampusku dari kejauhan, kampus yang ku impikan setahun yang lalu. Kini aku berdiri menggenggam almamater sembari tersenyum dengan rasa bahagia yang luar biasa.

            Setahun yang lalu saat aku harus menerima kenyataan semua jalan menuju kampus ini tertutup, ku rasa itu merupakan tahun yang berat bagiku. Kini hatiku terasa lebih ringan karna berhasil menggapai impianku berkuliah di kampus ini.

            “Farah!!” seorang lelaki berlari ke arahku sembari melambaikan tangannya. Di lengan kirinya ia mendekap beberapa buku tebal, sembari berlari kecil ia tersenyum. Lelaki itu adalah Rama, rambutnya yang hitam lebat kini menutupi alisnya. “Akhirnya, setelah setahun lo bisa masuk ke sini ya” senyumnya semakin mengembang, ia mengusap kepalaku dengan lembut. Rama selalu menjadi sahabat terbaikku, kami bersahabat sejak masih duduk di bangku putih abu-abu.
            “Apasih ram baru juga setaun kuliah, lo jadi sok gentleman gitu”
            “Emang cuman lo yang gak pernah peka Far” Rama bersungut dan melempar pandangannya jauh ke danau di hadapan kami
            “Akhirnya... akhirnya” Aku bergumam menatap danau, menghela nafas dalam lalu melihat kearah Rama
            “Pasti berat buat sampe kesini ya Far, buat lo?” Rama duduk diatas rumput sembari menarik lengan bajuku dan membuatku ikut terduduk
            “Berat Ram, kalo gue boleh jujur”
            “Lo selalu bisa jujur ke gue Far” Rama memejamkan matanya sebentar, lalu menatapku dengan mata nya yang hitam dan tenang “Gue lelaki yang bisa diandalkan wanita diseluruh dunia haha” matanya yang tenang itu berubah menjadi bulan sabit saat ia tertawa usil.
            “idih... lo masih Play Boy Ram?”
            “Ya kaya yang lo perkirakanlah gue masih laku sampe setaun kebelakang”
            “Ram... kenapa lo ganti-ganti cewek terus sih? Ga capek?”
            “Eh lo tau kan akhirnya orang tua gue cerai?”
            “Ah serius??” Aku menarik lengannya, Rama menatapku dengan senyum pahit.
            “Akhirnya cerai juga, kenapa gue lega ya? Mungkin gue ga harus denger nyokap nangis-nangis lagi, gue juga ga harus ngeliat bokap gue ganti-ganti selingkuhan”
            “Ram...”
            “Farah, lo percaya cinta itu ada?”
            “Gue-“
            “Orang kaya lo pasti percaya cinta itu ada, tapi gue.... gue gapercaya cinta Far”
            “Rama, ga semua orang di dunia kaya nyokap bokap lo ram”
            “Gataulah, gue cuman takut setiap gue punya pacar suatu hari gue bakal nyakitin dia Far”
            “Gaada hubungan yang selalu bahagia Ram”
            “hahaha iya iya, Farah, kayanya gue gamau nikah deh”
            “Rama-“ Rama berdiri sembari menepuk-nepuk bajunya dari rerumputan, ia melempat senyumnya jauh.
            “Mo gue anterin ke kelas kuliah lo yang pertama nggak?” aku terdiam sejenak memandangi Rama, tidak ada gunanya membahas hal ini dengan Rama. Dia sedang merasakan pedih yang tidak aku rasakan, aku putuskan untuk mengenyampingkan perbedaan kami tentang masalah ini.

            “Dasar Mellow, Deal” Aku tersenyum sembari bangkit dan mengikuti Rama yang sudah berjalan duluan, tangan kanannya ia masukkan ke saku celana hitamnya. 

Life After Collage #1 : Rasanya kerja 6 tahun

Hai! lamaa juga gak nulis.  Aku lagi balik ke sawangan dan hujan super lebat, jadi gue neduh dulu di salah satu coffee shop yang mungkin 15 ...