Minggu, 29 November 2015

Heran

Aku berjalan di jalan yang penuh debu
Melihat sesosok gadis yang berdiri dihadapanku
Dia tidak menatapku barang sedetik
Gadis itu hanya berdiri tegap 
Ia menatap lekat apa yang ada dihadapannya

Sesekali aku melihat orang-orang
Berjalan melewati gadis itu
Beberapa diantara mereka
Menyempatkan diri mengomentari gadis itu
Gadis itu tidak mendengarkan mereka

Saat hari berganti 
Bulan berganti bulan
Tahun berganti tahun
Aku tumbuh melihat gadis itu menjadi dewasa
Melihat senyumnya memudar dan berganti 

Meski ia masih di tempat yang sama
Dengan baju usangnya yang telah mengecil
Ia masih menggenggam boneka kesayangannya
Masih menatap ke arah yang sama
Aku masih melihat harapan dari caranya berdiri

Kini bukan lagi satu dua orang yang berkomentar
Banyak diantara mereka yang lewat
Menyempatkan diri memaki gadis itu
Mereka menertawakan gadis malang itu dihadapanku
Kini gadis itu menangis, terisak

Ku lihat rantai di kedua pergelangan kakinya
Rantai itu tidak pernah aku perhatikan sebelumnya
Gadis itu menghentikan isakannya, mungkin ia pun baru sadar
ia membungkuk dan menarik-narik rantai itu
Tentu hal itu sungguh sukar 

Berhari-hari, berbulan-bulan 
Aku melihatnya terus berusaha
Terkadang ia terduduk lemas
Tapi arah pandangannya tetap tidak berubah
Ia memunggungiku

Suatu hari ku lihat ia berdiri
Ia meletakkan boneka kesayangannya
Dirogohnya saku baju usang yang ia kenakan
Aku melihatnya mengeluarkan sebuah kunci
Kunci rantai di kakinya sendiri

Begitu bahagianya aku melihat ia terbebas
Begitu bahagianya aku yang melihatnya tumbuh
Mungkin bisa melihat wajahnya
untuk pertama kalinya
Saat ia membalikkan badannya

Aku heran kenapa wajahnya mirip sekali dengan aku?





Selasa, 10 November 2015

Edisi Kangen Indonesia Student Leadership Camp III :)


Andai bisa aku gambarkan seberapa indah rasa rindu ini.
Mungkin kau akan takjub dengan kerumitannya.
Tidak pernah sehari pun aku melupakan rasa rindu ini.
Di masa yang akan datang pun akan tetap ku nikmati.

Memiliki satu impian yang sama.
Seandainya bukan kalian, seandainya bukan aku.
Rasa rindu yang kita rasakan mungkin tidak akan sebesar ini.
Kalian adalah takdir yang aku syukuri.

Aku menemukan kalian ditengah gelapnya rimba dunia.
Saat aku merasa membawa lilin sendirian ditengah kegelapan dengan  penuh kesukaran.
Aku menemukan kalian membawa sebuah lilin yang sama
Bergelut dengan angin, hujan dan terik mentari.

Meski pertemuan itu begitu singkat.
Aku bersyukur pernah bertemu dengan kalian
Aku mensyukuri setiap detik yang kita lewati bersama.
Meski pertemuan itu harus berakhir dengan cepat.

Persahabatan yang pernah kita mulai bersama.
Tidak pernah sedikitpun luntur dari ingatanku.
Ketika hari kian larut dan hari semakin berat.
Aku mengingat kalian yang entah dimana.

Yang juga sedang menatap langit kebiruan sembari merenung.
Yang juga sedang berjalan diatas bumi sembari mengelap peluh dengan penuh keikhlasan.
Yang juga sedang diterpa sinar mentari, dan menikmati terpaan hujan.
Yang hatinya diiris rasa bersalah karna belum mampu berbuat lebih.

Kalian yang percaya bahwa esok akan tiba, dan esok akan lebih baik lagi.
Kalian yang percaya negeri ini adalah amanah bagi tiap rakyatnya.
Kalian yang percaya berdiam diri bukan solusi.
Kalian yang memberi solusi, bukan angan yang tidak pasti.


ISLC III, Forum OSIS Nusantara 3


Life After Collage #1 : Rasanya kerja 6 tahun

Hai! lamaa juga gak nulis.  Aku lagi balik ke sawangan dan hujan super lebat, jadi gue neduh dulu di salah satu coffee shop yang mungkin 15 ...